Pernah Jadi Santri (Refleksi Hari Santri Nasional)
Diperingati untuk menegaskan bahwa negeri ini sangat sangat memerlukan dan butuh para santri. Santri dan intelektual pesantren memang salah satu bagian dari Indonesia yang berperan besar dalam perjalanan bangsa. Saya kira peran santri bahkan tak kalah besar daripada peran mahasiswa.
Memperingati Hari Santri Nasional menyeret saya ke masa silam. Masa di mana saya dan beberapa teman sepermainan masih mengulang kitab-kitab arab jawi tiap malam dan selesai subuh. Kitab Matan Takrib, Awamel, Jurumiyyah dan sebagainya. Ya, meskipun agak bengok begini, saya pernah menjadi santri. Ini bukan pencitraan haha.
Bagi saya saat-saat menjadi santri dulu adalah sepotong fragmen hebat dan jenaka selama hidup. Dihukum karena gagal mengikrab matan kitab-kitab arab adalah hal biasa namun menegangkan. Setiap malam kamis adalah malam yang berat. Di mana kitab-kitab arab tanpa baris harus dibaca dan disurah.
Tentu ini bukan hal mudah. Barangkali kita bisa dengan cepat menghafal nama-nama negara di dunia serta ibukotanya. Tetapi menerjemahkan kitab berbahasa arab gundul betulan tak mudah. Itu menjadi sebuah tantangan serta sesuatu yang membikin degup jantung was-was.
Jika tak bisa membaca apalagi tertatih-tatih mengikrabnya, maka siap-siap berdiri dengan sebelah kaki dan mengulang matan tersebut hingga bisa. Sebenarnya itu hukuman yang mudah. Tetapi menjadi berat karena hukuman tersebut kita jalani di depan santriwati yang unyu-unyu itu. Malu tak tertahan, tentu saja.
Kemudian, menjadi santri juga berarti belajar sederhana. Dulu ketika saya masih menjadi santri kira-kira medio 2001-2004 tak ada Facebook apalagi Instagram. Hp tinut-tinut pun hanya satu dua orang yang punya.
Tak ada santri yang malas belajar karena sibuk main hp. Yang ada hanya santri yang tak masuk kelas karena asik nonton film mistis di warung kopi terdekat. Saya ingat betul suatu malam saat muhazarah. Saya benar-benar tak pergi mengaji karena takut disuruh pidato di atas panggung. Akhirnya saya pura-pura sakit dan absen ke tempat ngaji.
Masih banyak hal menarik yang bisa diceritakan tentang pengalaman menjadi santri di masa lalu. Tetapi yang penting dari itu semua adalah, santri sampai detik ini masih terus berperan dalam mewujudkan kedamaian dan kekayaan intelektual di Indonesia. Majulah para santri. Jadilah pembeda. Selamat Hari Santri Nasional untuk seluruh santri di Indonesia. Salam literasi.
Regards
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
kalah sama santri post-islamisme om. .
buahahahaaha
Hahaha... Opppsss.. 😷