Cerita mie caluek dengan sepotong bak wan
Hari ini seperti biasa jam dinas kantor saya selesai pukul 17.00 wib. Rasa penat dan lelah terasa menekan pundakku, bagaimana tidak , mulai dari pagi aktifitas rutin setiap hariku adalah duduk didepan meja komputer, jari jemariku terus menerus menekan huruf-huruf dan angka dipapan keyboard.
Beginilah kami abdi kantor, demi melayani masyarakat banyak, sudah menjadi kewajiban kami abdi negara. Walaupun ada yang mengatakan bahwa kami orang kantoran kerjanya enak, ruangan be AC fasilitas disediakan, itu memang benar tapi mereka yang pegawai, tetapi posisi saya adalah pengabdi yang entah sampai kapan harus mengabdi.
Untuk melepaskan lelah setelah seharian bekerja saya mencoba untuk rilaks sebentar sore hari ini, menghidupkan sepeda motor butut, saya coba untuk berputar-putar kota, namun tidak ada tempat yang bisa membuat saya untuk bisa bersantai untuk melepaskan penat.
Akhirnya saya membelokkan sepeda motor saya menuju sebuah tempat yang ada dipinggiran kota. Tempat ini dahulunya adalah bahagian dari laut, sekarang pemerintah kota menjadikannya sebuah waduk dengan jalan yang melingkarinya.
Sejuknya angin laut yang menyapa tubuhku seakan menghilangkan semua lelah seharianku, setelah berputar satu kali keliling waduk akhirnya saya menemukan sebuah tempat yang nyaman untuk bersantai, warung mie caluek..ya disinilah saya bersantai sejenak sambil menunggu matahari tenggelam.
Perut yang terasa lapar memaksa saya untuk memesan sebungkus mie caluek, gorengan bakwan kesukaan ku juga turut menyertai didepanku. Rasa khas mie caluek yang biasanya hanya dijual dibulan ramadhan membuat saya ingin menambahnya apalagu gurihnya bakwan dengan sentilan cabe rawit ditengahnya.
Bahagia sekali rasanya hatiku ini, walaupun sendirian tanpa ada teman disamping tidak membuatku kesepian, perutku yang lapar kini sudah aman, segelas teh dingin menjadi penyempurna santaiku sore ini, dalam beberapa saat kemudian saya meneruskan santai saya sambilan membakar sebatang djisamsoe.
Tidak terasa sayup-sayup terdengar lantunan ayat suci tanda waktu magrib akan tiba, bergegas saya bangkit lalu membayar harga mie caluek dan bakwan yang saya makan lalu bergegas pulang untuk bersiap-siap melaksanakan sholat magrib.