AKU RINDU, RINDU ITU MEMANG BERAT

in #indonesia7 years ago (edited)

Jam telah menunjukkan pukul 10.50 malam, aku yang sejak tadi merebahkan tubuh beralaskan jaket coklat kesayanganku dan ditemani suara angin dari kipas yang menderu membuatku seakan tenggelam dalam peraduan. Mataku seakan tak sanggup lagi menahan lelah tubuhku yang sejak tadi pagi bergelut dalam perjuangan mencari kebutuhan hidup di negeri orang. Ya,, aku bukan lah orang yang lahir di Medan, aku hanyalah seorang perantau yang mencoba menggulirkan dadu-dadu nasib di negeri orang. Hanyalah semangat untuk membahagiakan orang-orang terkasih yang selalu memanjatkan doa di setiap sujud sebahyang mereka yang menjadi motivasiku untuk terus bertahan dan tak henti dalam berjuang.

Aku Rindu

“Rindu itu berat, biar aku saja”

kata-kata yang disampaikan seorang Dilan itu tentunya saat ini masih melekat dalam alam bawah sadar kita. Aku memang belum pernah menonton film Dilan sampai ending, namun aku pernah menyaksikan cuplikan yang sempat menjadi viral di dunia maya dan membuat jumlah penonton film tersebut melonjak tajam, itu adalah rasa “rindu”. Sebagai anak rantau, sudah menjadi jalannya bahwa air mata akan mengalir deras, karena perantauan tak selalu mulus sesuai yang apa yang telah direncanakan. Di saat itulah perjuangan dimulai, apakah harus kalah dan menyerah karena rindu ataukah tetap bertahan dan berjuang.
Hatiku benar-benar diuji, sejak memutuskan merantau saat usiaku beranjak 17 tahun yang kata banyak orang adalah usia yang menunjukkan kita telah mencapai titik awal kedewasaan. Meskipun begitu, sebagai seorang anak yang selama 17 tahun berada dekat dengan orang tua, tentunya hal ini menjadi berat bagiku. Sebelum kami berpisah, Ibu memelukku dengan erat dan membisikkan sesuatu di telingaku

“Nak, ibu tentunya inginkan kamu selalu di dekat ibu, tapi sebagai lelaki, kamu adalah pemimpin di keluargamu kelak, ini adalah tahap pertama bagimu menuju kedewasaan, jadi tetaplah berjuang, doa ibu selalu menyertaimu”.

Aku kembali memeluk erat ibu, air mata mulai mengucur dari mataku namun aku seka dengan lengan bajuku. Kecupan hangat di keningku adalah hal terakhir yang aku ingat pada saat kami terpisah 10 tahun yang lalu.

“Aku Rindu dan Rindu itu Memang Berat”

27
Angka 27 (dua puluh tujuh) adalah angka keramat bagiku, bukan karena mistis namun karena makna yang ada di dalamnya. Tepatnya di hari Selasa, tanggal 27 bulan Maret 2018 usiaku genap 27 Tahun. Sepuluh tahun sudah aku di negeri perantauan, banyak keluarga dan saudaraku di perantauan meskipun itu hanya keluarga yang semu, karena tak satupun keluarga di perautauan yang berhubungan darah denganku. Tetapi bagiku, keluarga dan saudara di perantauan dapat sedikit mengobati akan kerinduanku yang mendalam terhadap kampung halamanku. Meskipun telah sepuluh tahun merantau, terkadang kekalutan hati selalu menyelimutiku ketika mendengarkan kabar bahwa orang tua ku sedang sakit bahkan kabar duka dari kakek dan nenek yang sangat aku cintai yang tak sempat ku melihat wajah lembut diakhir hayatnya.

Pulang
Disatu sisi ini adalah keinginan yang aku pendam selama di perauntauan, keinginan yang selama ini ingin aku utarakan pada diriku, namun di sisi lain ini menjadi peruntuh keteguhan hatiku yang masih berjuang. Orang tuaku memang sudah tidak muda lagi, niat untuk membahagiakan mereka di saat umur mereka yang sudah beranjak senja tentunya menjadi motivasi terbesarku saat ini. Mungkin banyak dari kita yang akan mengira uang adalah alat untuk membahagiakan mereka, begitupun diriku yang dulu. Namun saat ini aku menyadari kebahagiaan mereka bukanlah terletak dari tebalnya dompet dan tingginya derajat dan jabatan kita. Kebahagiaan yang mereka inginkan sangatlah sederhana, dimana di masa senja mereka dapat mendengarkan gelak tawa dari kita yang sudah sangat lama tidak mereka dengarkan. Mereka ingin mendengarkan cerita-cerita bahagia dari perjalanan kita di perantauan. Kisah sedih cukuplah simpan di hati dan menjadi kenangan bahwa kita pernah berjuang. Itulah yang aku lakukan saat ini, meskipun tak dapat melihat wajah mereka setidaknya aku dapat mendengar suara lembut mereka yang penuh kasih sayang. “Ibu, Ayah, Adik dan Kakak, kalian sehat-sehat yaa, akan tiba saatnya aku pulang dan memeluk kalian semua dengan penuh cinta kasih” karena harta yang paling berharga di dunia adalah keluarga, jadi jangan pernah sia-siakan mereka.
Salam Cintaku yang tak terhingga kepadamu keluargaku.