Politik Aceh
Assalmu’alaikum Wr. Wb..
Kali ini saya akan mereview mengenai politik yang ada di Aceh, politik Aceh haruslah dilandaskan oleh budaya-budaya yang sangat berpengaruh pada standar politik, walaupun sekarang hanya memiliki partai polotik lokal, dan hanya Aceh lah daerah istimewa yang memiliki hak otonomi khusus dalam mengatur wilayahnya, aceh juga memiliki pedoman bagaimana cara nya menjalankan kekuasaan, bukan hanya itu politik Aceh juga dapat dilihat mengenai proses islamisasi, Westernisasi, Indonesiasasi yang berlaku didalam lintasan sejarah Aceh.
Adapun sejarah politik Aceh muncul setelah kerajaan Melaka runtuh pada 1151,pada era tersebutlah puncak era kejayaan Aceh, walaupun itu dipandang sebagai “perpindahan kekuasaan politik melayu,”dari semenanjung Tanah Melayu, ketimbang sebagai sebuah keberhasilan “praktik kekuasaan Aceh, ini semua bukanlah bermaksud untuk memajukan tradisi Melaka, bahkan ini merupakan suatu keberhasilan pemimpin Aceh dalam membangun politik yang ada di Aceh, dengan menerapkan nilai dan budaya politik yang tertuju kepada kejayaan dan kegemilangan, ini semua disebabkan oleh dulunya Aceh diserang oleh belanda, walaupun dalam sejarah melayu tidak disebutkan, bahkan dikatakan Aceh dibiarkan dengan sendiri dalam melawan penjajahan belanda. Walau demikian Aceh disebutkan dalam sebuah sejarah diAspora Aceh di pulau pinang, Acehlah yang telah berhasil dalam mendirikan pulau ini, bersama dengan francis light. Dalam bentuk ini aceh nampaknya cenderung akan disajikan kepada praktik sejarah lain, dibandingkan dengan etnik Aceh sendiri, dan hampir semua ini dijadikan sebagai sejarah melayu, dengan demikian kita sangatlah kesulitan dalam terbangunnya Asas sejarah didalam membina ilmu politik aceh secarah maximal.
Utuk dapat dengan mudah memahami politik Aceh, penulis membagikan ke beberapa fase, fase yang pertama adalah, saat terjadinya proses islamisiasi dan berdirinya beberapa kerajaan islam di ruja. Pada era ini dapat dilihat dari munculnya beberapa kerajaan di pulau ruja, dan diantara mereka saling menyerang, antara satu dengan yang lainnya, fase kedua, Fase ini merupakan berdirinya dan jayanya kerajaan Kesultanan Aceh Darussalam pada 1203 M, pada fase ini lahirnya banyak karya ulama Aceh yang dapat menguatkan kerajaan, pada fase inipun masyrakat aceh dapat melihat bagaimana kekuatan politik yang sudak mulai berkembang, dan itu tidaklah hanya di Nusantara, namun, hingga pada tingkatan internasional. Fase Ketiga adalah fase Kolonial 1, fase ini terjadi saat Aceh akan mendekatai akan penjajahan tang dilakukan oleh belanda, yaitu pada tahun 1873 higga pada Akhir jatuhnya Istana kerajaan Darussalam yang ada di Banda Aceh, yang kemudian di sambung kembali oleh ulama, yang pada saat itu terjadi serah terima Amanat dari pihak istana ke pihak ulama, itu untuk menandakan bahwa ulama telah mengambil alih dari pihak istana ke pihak para Ulama, yang benar-benar berjuang untuk rakyat. Fase keempat merupakan fase dimana ulama dan rakyat masih berjuang untuk melawan belanda, diman pada saat itu pula jepang juga ikut menyerang pada tangga 12-13 MAret 1942,dan penyerangan belanda hanya saja beberapa tahun. Fase kelima yaitu fase revolusi I, pada fase ini di kepalai oleh PUSA, ini adalah salah satunya era bangkitnya Para umara’ Aceh dalam teraturnya kehidupan secara individual, keberadaanya PUSA telah bangkitnya semangat juang para ulama, yang tidak hanya dalam segi sosio-religi namun juga terlibat dalam sosial politik dan kebudayaan. Fase ketujuh adalah fase Revolusi II yaitu perang cambok, denagan adanya Revolusi ini telah tercipyanya disintegrasi sosial antara kaum bangsawan dengan kaum intelektual yang ada di Aceh. Dimana pada saat itu merosot nya para kaum bangsawan, mereka banyak yang memilih untuk keluar dari Aceh. Fase ketujuh adalah fase Separatitasi I terjadi pada peristiwa DI/TII dibawah pimpinan TGK Abu Daud Bereueh pada 21 september 1953. Dimana dengan adanya gerakan ini adanya kesadaran rakyat Aceh dalam islam dan politik dalam praktiknya.