Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negeri Di Aceh (III:30)
(sumber foto: almuzakki.com)
Tradisi menuntut ilmu ke luar negeri memang telah mentradisi di Aceh. Alumni pendidikan luar negeri memang sangat diminati masyarakat Aceh. Buktinya, dalam tradisi masyarakat Aceh jika seorang hendak berangkat ke luar negeri, terutama ke Timur Tengah, tidak sedikit para orang tua menggelar syukuran akan keberangkatan anak mereka. Syukuran ini merupakan simbol pemberitahuan kepada sanak saudara dan juga berfungsi sebagai upaya agar putera-puteri tersebut selamat sampai tujuan dan bisa kembali lagi ke dalam masyarakat. (hal 888)
Pasca Tsunami Aceh 2004, banyak putra-putri daerah dikirim ke luar negeri untuk menempuh studi S-2 dan S-3 guna terciptanya Sumber Daya Manusia yang mampu mengisi pembangunan Aceh. Mereka diseleksi secara ketat yaitu melalui studi minat, kecakapan dalam bahasa Inggris dan kemampuan dalam membina karir setelah mereka selesai studi di luar negeri.
Alumni luar negeri sama sekali tidak bisa menandingi karya-karya sarjana Aceh yang tidak pernah mengenyam pendidikan di luar negeri. Para sarjana Aceh banyak menghasilkan buku-buku yang kemudian dijadikan referensi baik di dalam maupun luar negeri. Padahal mereka tidak pernah akrab dengan internet, google, perpustakaan digital, e-mail, dan kemajuan teknologi lainnya.
Bahkan mereka sekali menuntut ilmu ke Yaman, Mesir, Haramain dll bertahun-tahun tak bisa menjenguk kampung halaman. Luar biasa azam/cita-cita mereka.
Di daerah Patani, Thailand, Aceh amat dihormati mengingat ulama Patani asal Aceh yang melahirkan kitap Kasyful Ghaibiyah (kalo tak salah).