Apakah Kemuliaan Hanya Ada Di Sebuah Media TulissteemCreated with Sketch.

in #indonesia5 years ago (edited)

Dari berbagai macam teori penciptaan yang kita ketahui. Mulai dari penciptaan Nur Muhammad, Prometheus, Adam dan Hawa, Teori Evolusi, The Bigbang Theory dan teori-teori lainya. Dari semua teori itu, pernahkah kita bertanya? Bagaimana Makhluk Pertama itu merespon dirinya lahir ke alam semesta ini. Bagaimana ekspresinya ketika pertama kali membukakan mata, apakah dia kaget, panik dan bingung?, atau tenang seakan-akan tau banyak hal, atau seperti apa?

Disini saya ingin meringkas, sebuah risalah tentang penciptaan Nur Muhammad. Nur Muhammad merupakan organisme pertama yang diciptakan Sang Pencipta. Atas rasa cinta dan kasih Sang Pencipta kepada Nur Muhammad, maka hadirlah kita dan seisi alam semesta yang kita ketahui saat ini. Nur Muhammad bukanlah berbentuk lahiriah yang mempunyai masa expired yang terbatas oleh ruang dan waktu. Nur Muhammad diciptakan paling awal namun wujud artifisialnya baru kita ketahui pada tahun 570 M, ketika itu hadirnya Nabi Muhammad yang menjadi junjungan seluruh umat muslim di dunia. Nur Muhammad memancarkan nilai-nilai kemuliaan yang abadi melalui wujud lahiriah Nabi Muhammad SAW. Nilai-nilai tersebut berupa akhlak, nilai budi pekerti, kebijaksanaan, kewibawaan, cinta, kasih sayang dan keadilan serta kebaikan-kebaikan lainnya yang direfleksikan melalui lahiriah Nabi Muhammad kepada umatnya dan musuh-musuhnya.

Nur Muhammad ketika diciptakan oleh Sang Pencipta dengan cepat sadar bahwa ada Sang Pencipta yang begitu indah, megah, gagah dan perkasa yang menciptakannya. Sehingga pada saat itu, Nur Muhammad Kagum dan Sujud kepada Sang Pencipta. Namun Nur Muhammad merasakan bahwa dirinya Istimewa ketika Sang Pencipta memberikan, kemuliaan dan ketetapan drajat yang tinggi kepada Nur Muhammad, Hal ini perlahan mengakibatkan Nur Muhammad terlena akan kelebihan dirinya. Melihat itu, Sang Pencipta memulai masa penempaan Nur Muhammad agar dapat meredam rasa sombong dan keinginan berbangga-bangga. Penempaan tersebut dilakukan Gusti Allah dengan menghadapkan Nur Muhammad kepada sebuah kaca. Dengan heran Nur Muhammad melihat dirinya sendiri, terpaku dan meratapi penyeselan yang telah dia perbuat, Hal tersebut membuat Nur Muhammad sadar, bahwa dirinya tidaklah ada apa-apanya dibanding Sang Pencipta dan memahami, bahwa segala kemuliaan, kelebihan dan keunggulan yang ada di dirinya itu bersumber dari Sang Pencipta. Melihat reaksi Nur Muhammad yang langsung paham bahwa dirinya ditempa Sang Pencipta, maka berlanjutlah penciptaan makhluk-makhluk dan alam semesta.

Dari cerita di atas dapat dilihat bahwa Gusti Allah memberikan panduan kepada ciptaannya melalui fenomena dan rangkaian peristiwa yang dialami oleh ciptaanNya. Tanpa media tulis, hanya langsung dihadapkan dengan sebuah kaca yang mana metode ini dapat langsung memberikan pemicu kepada Nur Muhammad untuk mengintropeksi dirinya. Begitu juga dengan teori-teori penciptaan lainnya seperti Prometheus apakah dulu Sang Alien menyebar benih alien ke bumi ini dengan meninggalkan kitab atau user manual bagaimana hidup yang ideal. Kemudian Adam dan Hawa. Bagaimana Adam dan Hawa bisa paham nama-nama benda ketika pada saat itu media tulis tidak ada dimunculkan oleh Sang Pencipta di dalam kitab suciNya. Kemudian Bagaimana organisme yang berpaham teori evolusi ini dapat berevolusi secara kebetulan atau secara terencana dengan baik, Padahal pada masa itu siapa yang memberikan panduan untuk berevolusi belum ada.

Disini kalau kita renungkan. Apakah mungkin di setiap atom dan partikel yang ada di semesta ini membawa kitab-kitab suci ajaran dari Sang Pencipta? Apa mungkin Sang Maha Kuasa hanya menyebarkan frekuensi-frekuensi kemuliaannya hanya melalui sebuah media tulis yang memiliki keterbatasan? Kalau media tulis itu memiliki keterbatasan. Apa mungkin Sang Maha Sempurna luput dalam merencanakan disitribusi ajaran-ajaran kemuliaannya?

Sebelum saya melanjutkan. Saya disini tidak sama sekali berpikir bahwa kitab-kitab suci yang dicetak di berbagai media tulis yang ada pada saat ini ataupun kitab suci yang ada di era masa prasejarah dahulu kala kurang ampuh atau kurang lengkap. Disini saya tegaskan bahwa sikap saya, mengakui bahwa kitab suci yang tertulis merupakan kitab suci yang saya akui originilitasnya dan keampuhannya tak terkalahkan sebagai petunjuk Manusia. Namun untuk memahami kitab suci perlu diperhatikan bahwa manusia tersebut harus dapat menggali dan memahami nilai-nilai yang dituangkan ke dalam kitab suci, agar memahami substansi hingga esensi nilai apa yang disampaikan di dalam kitab suci. Serta, dengan totalitas menggantungkan semua kebenaran yang ada di kitab suci mutlak hanya milik Sang Pencipta.

Kembali lagi ke pembahasan sebelumnya. Disini saya sebagai seorang muslim maka saya hanya mengkaji kitab suci umat muslim yaitu Al-Quran. Disini saya ingin menjelaskan bahwa Al-Quran yang dipegang dan dijadikan pedoman hidup umat muslim saat ini, merupakan Ajaran Sang Pencipta yang didistribusikan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah kemudian, dituangkan oleh para sahabat kedalam lembaran-lembaran media tulis atau disebut mushaf. Pembukuan Al-quran dilakukan pada era setelah pasca wafatnya Rasulullah. Mushaf-mushaf tersebut disusun oleh tim redaksional dan editorial yang dijamin keistimewaannya, baik dari ilmu, kejujuran, keluhuran akhlaknya. Menurut saya, mereka merupakan petugas yang ditunjuk langsung oleh Sang Pencipta untuk menyusun mushaf-mushaf menjadi Al-quran. Karena disusun oleh tim redaksional dan editorial yang dijamin keilmuan dan tauhidnya, maka mushaf-mushaf tersebut, dapat disusun menjadi Al-Quran dengan sastra yang indah, lugas dan tegas serta tersistematika dengan baik, sehingga setiap ayat yang ada di mushaf-mushaf Alquran, dapat memberi jawaban permasalahan kehidupan dengan tepat, bahkan seakan-akan Al-Quran memahami kita secara utuh ketika kita mencari solusi atas permasalahan yang kita hadapi. Dan yang terpenting, mushaf-mushaf Alquran yang ada saat ini, dapat menampung nilai-nilai Alquran yang dijamin originalitasnya dari dulu pertama diterbitkan hingga ke peradaban kita saat ini.

Dari fakta-fakta ilmiah dan sejarah serta ilmu teologi yang telah dijabarkan sebelumnya. Bagaimana Nur Muhammad dapat memahami ilmu yang disampaikan oleh Gusti Allah melalui mengkaji dirinya sendiri, Pengetahuan Keagungan Tuhan diketahui ketika Nur Muhammad dengan berkaca, lalu menyaksikan siapa dirinya, rasa ingin tahu siapa dirinya menggiring Nur Muhammad melakukan observasi tentang dirinya sendiri. Hasil observasi tersebut dikumpulkan dan dikalkulasi seberapa kuantitas dan kualitas dirinya. Hasil kajian dianalisa dan dibahas untuk menganalisa dirinya sendiri sehingga, menemukan dimana koordinatnya, mengapa diciptakan, siapa dirinya dan kemana kelak akan berlabuh kehidupan ini. Begitulah, Perjalanan Nur Muhammad dalam memamahami ajaran Gusti Allah melalui kitab suci yang dihamparkan di diri Nur Muhammad sendiri.

Kemudian kita lanjutkan kepada makhluk-makhluk organisme yang termasuk teori evolusi maupun Bigbang Theory ataupun Prometheus dll. Bagaimana proses organisme berkembang biak. Dapat kita pahami bawah kitab suci yang mereka gunakan diwadahkan dan dihantarkan melalui mushaf alam semesta yang menaungi makhluk organisme tersebut, baik melewati tempat habitatnya, fenomena alam yang ada disekitarnya, dari ciptaan yang dihamparkan Sang Pencipta di alam semesta dan bantuan-bantuan oleh malaikat untuk memahami tanda-tanda alam yang ada disekitarnya. Hal ini dikuatkan lagi dari pernyataan Gusti Allah. Yang mana Gusti Allah telah memberikan himbauan yang jelas kepada ciptaannya, tentang bagaimana ciptaannya agar dapat memahami dan mengkaji tanda-tanda alam beserta ciptaanya untuk menghantarkan menuju jalan untuk menjadi kekasih Sang Pencipta.

Yang terakhir yaitu metode yang paling canggih namun sederhana dan mudah dipahami yaitu, distribusi ajaran-ajaran kemuliaan dari Sang Pencipta untuk ciptaannya berupa media tulis, yang disebut kitab atau kumpulan-kumpulan mushaf. Contohnya Taurat, Injil dan Al-Quran. Saat ini kitab suci menjadi pagar umat beragama dalam menjaga dirinya tidak keluar dari proses kehidupan yang diinginkan Sang Pencipta, serta menjadi jalan rel lokomotif yang akan mengantarkan umat beragama kepada Sang Pencipta. Karena bervariasinya tafsiran ahli kitab pada setiap mushaf-mushaf yang menjadi kandungan nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan. Apabila tidak disikapi dengan bijaksana, tidak heran kalau perpecahan antar umat beragama tidak dapat dihindari.

Kadang umat beragama lupa bahwa bukan wujud lahiriah Al-quran, Injil dan Taurat yang diutamakan, melainkan nilai-nilai kemuliaan yang ada di dalam mushaf tersebutlah yang perlu diutamakan. Akibat terkukung oleh doktrin dan dogma pemahaman dan pemaknaan yang keliru tentang kitab suci, memberi dampak secara tidak langsung pada umat beragama, dimana banyak yang mengalami penyempitan pola pikir. Sehingga, mereka lupa bahwa kitab suci yang didistribusikan melalui media tulis/kitab-kitab/mushaf merupakan bahan verifikasi dan validasi pencarian awal dan akhir untuk kitab suci lainnya yang kita temukan di dalam diri sendiri. Artinya sebelum mencari kitab suci yang ada pada diri sendiri maupun dari alam semesta ini perlu diawali dengan mencocokkan bahwa tujuan pencarian ini tidak melenceng dari ajaran yang ada di mushaf-mushaf kitab suci yang tertulis. Hasil pencarian yang dikumpulkan harus di cek lagi, apakah hasilnya bertentangan atau tidak dengan kitab suci yang tertulis. Bagaimana kalau pencarian tersebut tidak ada di mushaf-mushaf kitab suci yang tertulis. Sehingga anda buntu untuk melakukan validasi. Maka, carilah guru atau mursyid yang nasab/sanadnya dijamin oleh aturan agama.

Tidak sedikit umat beragama luput dari memahami apa itu ajaran Tuhan, untuk apa ajaran Tuhan. Hal ini dikarenakan, mereka tinggalkan kitab suci yang ada pada diri sendiri dan yang terdapat di frekuensi kosmis-kosmis alam yang ada disekelilingnya. Akhirnya terjadi kekakuan hingga radikalisme dalam menyikapi perbedaan keyakinan dalam beragama. Kemudian mereka secara tidak sadar memunculkan sekat-sekat, yang mana sekat tersebut menjadikan agama dan jalan kehidupan terpisah atau disekulerkan. Dampaknya dapat kita saksikan, bahwa saat ini banyak ahli ibadah yang tidak paham apa output dan outcome dari ibadah yang dia tirakatkan setiap waktu. Maksud hati memberi kebaikan namun berujung pada ambisi untuk memperoleh kemuliaan, pujian dari makhluk lainnya. Hal ini seperti lilin yang memberikan cahaya namun ternyata membakar dirinya sendiri. Kemuliaannya menjadikannya semakin terikat duniawi yang berhaluan materialisme, sehingga lupa, bahwa diri ini tidak ada apa-apanya tanpa pertolongan Sang Maha Kuasa. Orasi sana sini, mengunggulkan mahzab yang ia yakini dan menyalahkan umat yang beda mahzab dengannya. Merasa benar sendiri dan mulia sendiri. Katanya mengajak ke jalan kebaikan namun dengan cara kesombongan. Lalu muncullah pertanyaan apakah mereka tahu, bukankah tujuan beragama memberikan keselamatan kepada seluruh alam semesta?

Sort:  

Congratulations @perdi-bahri! You have completed the following achievement on the Steem blockchain and have been rewarded with new badge(s) :

You distributed more than 100 upvotes. Your next target is to reach 200 upvotes.

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!