Bayi Tabung, Teknologi Reproduksi Berbantu
Dalam kehidupan berumah tangga kehadiran buah hati menjadi dambaan bagi sepasang suami istri. akan tetapi, bagi sejumlah pasangan yang belum dikarunia anak, program bayi tabung atau in vitro fertilization menjadi salah satu alternatif yang dilakukan untuk memiliki keturunan. Saat ini saya hanya membahasnya dalam perspektif medis tanpa mengaitkan tentang pandangan agama terhadap praktek perencanaan kehamilan dengan menggunakan sistem in vitro fertilization atau lebih dikenal dengan sebutan bayi tabung.
Selama ini ada sebagian kecil beranggapan bahwa, bayi tabung merupakan proses kehamilan yang dilakukan, direncanakan diluar rahim ibu, namun kenyataannya tidaklah demikian, proses laboratorium hanya dilakukan untuk menyatukan sperma dan sel telur yang kemudian dimasukkan kedalam rahim ibu melalui tindakan medis.
Bayi tabung merupakan sebuah teknologi reproduksi berbantu, teknisnya adalah pengambilan sel telur dari calon ibu dan sperma dari calon ayah yang dipertemukan didalam laboratorium hingga terbentuk embrio. Kemudian embrio dari hasil pertemuan dilaboratorium ditempelkan kembali ke rahim calon ibu.
Untuk mengikuti program bayi tabung tentu memiliki syarat tertentu, misalnya tersedianya sel telur, sel sperma dan rahim yang sehat. Di negara seperti Indonesia program bayi tabung dilakukan jika tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, Artinya merupakan sepasang suami istri yang terdaftar secara hukum di kantor keagamaan.
Proses bayi tabung tidak selamanya berhasil dilakukan, biasanya tingkat capaian keberhasilannya mencapai 40 - 50%. Dari peluang tersebut, 50% bayi yang dilahirkan dari bayi tabung itu sifatnya kembar. Selain itu perlu diketahui proses bayi tabung ini ternyata juga memiliki resiko.
Pada Bayi tabung resiko yang sangat dikhawatirkan adalah terjadinya sindroma hiperstimulasi ovarium, hal ini terjadi karena reaksi tubuh yang berlebihan dari seorang ibu yang menjalani proses bayi tabung sel telurnya mengalami pertumbuhan dalam jumlah yang banyak. Pertumbuhan sel telur ini mengakibatkan penimbunan cairan didalam tubuh seperti perut dan organ paru-paru.
Untuk mengantisipasi masalah ini diperlukan perawatan yang intensif pada calon janin dan calon ibu, jika upaya ini lancar, proses bayi tabung ini membutuhkan waktu 1 sampai 3 bulan. Dan jika proses ini berhasil, fase selanjutnya sama dengan fase kehamilan secara normal, baik kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan. Jika mempunyai perencanaan untuk menginginkan bayi tabung diperlukan biaya sekitar Rp. 50.000.000 sampai Rp. 60.000.000.
Jika setelah persalinan diperlukan tindakan atau perawatan Intensive pada bayi atau ibu, maka akan dibebankan biaya tambahan sesuai dengan kebutuhan saat ini.
Sebelumnya saya sudah pernah memuat konten ini dalam versi bahasa inggris, berikut linknya
Postingan yang bagus tentang "Bayi Tabung, Teknologi Reproduksi Berbantu"
sindroma hiperstimulasi ovarium bisa di jelaskan lebih detil lagi mas.
Baiklah... Sebenarnya mempelajarinya perlu 2 sks minimal. Tapi untuk cowok dek swit akan saya jabarkan dg singkat. Berbicara tentang sindroma, berarti kita mempelajari tentang kumpulan gejala. Untuk kasus IVF, ovarium sebagai indung telur breaksi secara berlebihan terdapat benda asing yang masuk kedalam rahim yang berupa obat-obatan yang menyebabkan terbentuknya folikel dalam jumlah yang banyak.
Nyan @husaini
Mantap, walaupun banyak yang juga tidak saya pahami.
Saat berjumpa kita komunikan lagi.