"Sejarah Aceh" Review Acehnologi (II : 14)

in #indonesia6 years ago

IMG_20180724_000452.jpg

Assalamu'alaikum steemians, seperti biasanya saya akan melanjutkan review buku Acehnologi karya bapak Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad @kba13. Sayangnya kali ini bukan volume ketiga yang hendak dibahas, melainkan volume kedua. Mungkin jika kalian masih bingung dengan isi tulisan saya mengenai Acehnologi volume 3, maka jangan khawatir, karena volume ini (2) akan sedikit membantu kalian dalam memahami isi dan tujuan Acehnologi sebenarnya. Let's chek this out!

Di globalisasi yang serba canggih ini, menceritakan sejarah kegemilangan Aceh agaknya dirasa sedikit taboo untuk didengar, terutama bagi para generasi muda Aceh yang tentunya hidup di masa dimana mereka telah memperoleh pengakuan dan kemerdekaan tanpa harus melakukan perjuangan. Orang yang mengulang dan mengenang kembali kejayaan peradaban Aceh seringkali dianggap hanya terjebak dalam romantisme sejarah belaka. Agaknya demikian pula yang dirasakan penulis pada awalnya, sehingga ia kemudian berpikir untuk kemudian menulis tentang kajian terhadap sejarah Aceh yang ia kemukakan dalam cara pandang yang berbeda.

Berbicara mengenai sejarah Aceh tentunya banyak sekali literatur bacaan yang dapat kita telusuri. Tentu saja hal ini tak luput dari peran penting para intelektual Aceh yang telah berupaya keras menelaah sisi historis ke-Acehan, baik itu dalam bentuk hikayat-hikayat maupun karya tulis lainnya.

Namun, terkadang tulisan para sarjana ini jarang diperbincangkan, bahkan kebanyakan dari kita masih sungkan untuk menjamahnya. Mengapa ini bisa terjadi? Jawabannya, mungkin karena pengkajian tentang sejarah Aceh tidak masuk dalam kurikulum pendidikan sejarah di Indonesia, sehingga literatur sejarah Aceh jarang sekali dikenali dan dipahami secara mendalam oleh generasi muda Aceh. Saya sendiri mengakui hal tersebut. Dulu setahu saya, ketika mempelajari sejarah baik ketika saya masih menduduki bangku Sekolah Dasar, bahkan sampai saya memasuki jenjang perkuliahan pun, tidak pernah saya mendengar maupun mempelajari secara khusus tentang sejarah Aceh. Yang saya ingat hanya beberapa bacaan tentang detik-detik kemerdekaan hingga masa reformasi. Pada intinya saya lebih mengenal Indonesia ketimbang Aceh itu sendiri. Bahkan saya awalnya hanya mengetahui tokoh Sultan Iskandar Muda saja.

Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengkajian terhadap sejarah Aceh. Karena tentunya akan berbeda nantinya jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda pula, tergantung pada ruang dan waktu dimana peristiwa-peristiwa masa lalu dapat ditelaah. Karena adakalanya sejarah Aceh dikaitkan dengan Sejarah Kebudayaan Islam di Nusantara. Terkadang juga dikaitkan dengan Sejarah Melayu. Dalam konteks Sejarah Indonesia pun, maka sejarah Aceh hanya merupakan Sejarah lokal bagi bangsanya. Ketiga posisi di atas tentunya akan menghasilkan penjelasan yang berbeda. Mungkin hal ini pula yang membuat banyak dari kita merasa bingung dan enggan mencari hakikat sejarah Aceh sesungguhnya.

Hebatnya disini penulis mengatasi kebingungan kita dengan menjelaskan bahwa studi tentang sejarah Aceh bukan hanya sepintas kawasan tertentu. Tetapi harus dikaji secara keseluruhan seperti arah mata angin, sehingga akan didapati hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang berbeda di setiap arahnya. Seperti jika kita menelusuri Sejarah Aceh mengikuti arah Timur khususnya Timur Tengah, maka akan menampilkan Sejarah Kedatangan Islam dll. Jika dihadapkan ke Semenanjung Tanah Melayu, akan ditelaah bagaimana kontribusi Aceh terhadap identitas Melayu dll. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mengkaji tentang sejarah Aceh merupakan suatu disiplin ilmu yang secara tidak langsung adalah pengkajian terhadap Sejarah Peradaban Aceh (SPA) itu sendiri.

Pada dasarnya mengkaji sejarah peradaban bukan saja terkait ranah politik semata, namun lebih dari itu, yaitu segala unsur yang telah membentuk peradaban Aceh di masa lalu, baik dari segi geografis, demografis, pakaian, pesta rakyat dan kerajaan, perumahan, makanan dll. Pada intinya berbicara tentang peradaban maka tak lepas dari tiga konten utama yaitu, bahasa, budaya dan sejarah.

Penulis pada akhirnya memberikan sumbangsih ilmu yang sangat bermanfaat tentang strategi apa yang harus dilakukan agar konsep sejarah Aceh menjadi dapat lebih dipahami. Pertama, perlu penulisan ulang mengenai Sejarah Aceh, sampai pada era kontemporer. Kedua, khazanah literatur mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di Aceh sebagai kekayaan intelektual dan spiritual kiranya perlu diangkat menjadi bagian penting dalam pendidikan karakter ke-Acehan di provinsi Aceh. Ketiga, pendalaman Sejarah Peradaban Aceh harus mampu diteoritisasikan melalui meta-teori ilmu pengetahuan. Keempat, perlunya memasukkan pembelajaran tentang Sejarah Peradaban Aceh dalam dunia pendidikan, mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi.

Disini substansi atau materi yang harus diajarkan dapat meliputi;
pertama, pengenalan jati diri dan nilai-nilai ke-Acehan kepada peserta didik melalui pemahaman terhadap sosok/tokoh yang mempengaruhi peradaban Aceh agar mereka mengetahui bahwa endatu mereka memiliki nilai-nilai yang mampu mereka terapkan hari ini. Kedua, kepada peserta didik tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah perlu diperkenalkan locus Sejarah Peradaban Aceh, mulai dari kemunculan kerajaan Aceh hingga konflik dengan pemerintah Republik Indonesia. Ketiga, mulai diperkenalkannya sistem pengetahuan Aceh dalam bentuk praktikal bagi peserta didik tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Keempat, ketika memasuki jenjang pendidikan strata satu hingga strata tiga, maka konsep-konsep Acehnologi sudah perlu diperkenalkan, baik secara praktik maupun teoritik.

Demikian yang dapat saya paparkan, semoga bermanfaat 😊