ACEHNOLOGI (VOLUME III, BAB 31) ; MASA DEPAN DAYAH DI ACEH
Assalamualaikum,
Pembahasan kali menrik menurut saya dikarenakan disini dayah harus menentukan pilihannya apakah masih mempertahankan tradisi ilmu pengetahuan yang diteerapkan saat ini, ataupun dayah sudah mulai memikirkan bagaimana melakukan adaptasi dengan perkembangan zaman kontemporer ataupun dayah mencari paradigma baru dalam melakukan transfer ilmu pengetahuan ilmu pengetahuan terhadap generasi baru di Aceh. Pembahasan ini bukan bertujuan untuk memberikan pilihan pada dayah namun mencoba memberi paparan terhadap beberapa keadaan yang akan atau sudah dialami oleh dayah saat ini. Disini keberhasilan dayah merupakan berhasil membangun jiwa manusia secara terus menerus, mulai dari pengesahan intelektual hingga spiritual.
Adapun studi ini tentu saja tidak membongkar sejarah daya di Aceh. Karena sudah begitu banyak karya mengenai pendidikan tradisional ini. Bahkan kajian mengenai dayah sudah dijadikan landasan untuk mempelajari rakyat Acehh. Baik itu sebelum kedatangan penjajah maupun setalah bergabung dengan Republik Indonesia.
Baru-baru ini Charles Taylor seorang filosof dari McGill University menulis buku A Seculer Age, dimana dia mengatakan sudah saatnya umat kristen kembali menjadi 100% kristiani. Buku ini juga memaparkan bagaimana “kegagalan” sekulerisasi dan “kehausan” manusia pada sistem agama yang mengikat. Tidak hanya itu bagi merak yang tidak suyka dengan kembali agama, proses menjadi spirit tetap dilakukan seperti kemunculan Agama New Age. Dalam hal kecerdasan pun selain muncul kecerdasan intelektual dan juga emosional juga telah dimunculkan istilah kecerdasan spiritual.
Tepatnya di Indonesia, pertarungan kekuatan spiritual memang belum menggema doi wilayah publik. Sebab hal ini pertarungan hanya dikalangan tertentu saja, terutama bagi mereka yang mengerti tentang dunia spiritual. Jika hal tersebut ditarik pada ranah dayah, maka persoalan spirit tidak dapat diabaikan. Disebabkan dalam sejarah reproduksi spirit ternyata banyak dihasilakan oleh para penuntut ilmu di dayah. Spirit ini kemudian menjelma menjadi patron kebudayaan masyarakat Aceh. Disebakan mereka yang menerima spirit ini mampu menjadi penyuluh masyarakat baik itu dalam kehidupan sosial ataupun keagamaan. Dapat dikatakan bahwa spirit itu menyinari Aceh selama berabad-abad lamanya, muai dari masa kejayaan Islam hingga saat ini. Namun yang menjadi pertanyaan lagi spirit yang bagaimana akan muncul pada 40 tahun lagi? Pertama, disaat kekuatan dunia tidak banyak mengalami perubahan. Kedua, usaha manusia untuk mencari tempat berteduh selain di muka bumi ini semakn kuat. Ketiga, karena disetiap 10 tahun sekali terjadi perubahan tatanan global baik itu disadari ataupun tiidak. Dimana konflik global terus akan bermunculan. Keempat, negara-negara yang berbentuk nasionalis akan mengalam proses resrtukturisasi kembali terhadap penamaan konsep kebangsaan dan kenegaraan.
Selanjutnya, ditelaah bagiamana ilmu pengetahuan menjadi kuasa baru dalam menciptakan kegaduhan global. Dulu ilmu yang bersifat theoria atau merenung menyebabkan manusia semakin dekat dengan memiliki spirit. Sekarang illmu pengetahuan menjadi alat baru untuk membunuh tidak hanya mnausia, tetapi juga beradaban manusia itu sendiri. Melalui kemajuan ilmu pengetahuan tersebut manusia dapat mengetahhui beberapa rahasia alam, kemudia meniru apa yang telah diciptakan oleh pemilik alam dan kemajuan ilmu pengetahuan ini akan merekayasa kehidupan sosial masyarakat dunia.
Yang menjadi pembahasan terakhir kali ini adalah salah satu fenomenan beragama di era globalisasi adalah kemunculan gerakan keagamaan dalam hampir seluruh agama. Fenomena tersebut bisa diartikan bahwa agama menjadi salah sagtu faktor penting dalam kehidupan manusia, selain kepentingan mereka terhadap ilmu pengetahuan dan sumber daya alam. Dalam hal oni agama menjadi titik akhir dimana proses reproduksi kepercayaa dibumikan kepada manusia.