ACEHNOLOGI (VOLUME III, BAB 30) ; KONTRIBUSI KEILMUAN ALUMNI LUAR NEGERI DI ACEH
Assalamualaikum,
Kali ini saya sebagai pe-review buku Acehnologi ingin melanjutkan tentang pembahasan bab ini yaitu tentang kontribusi keilmuan alumni luar negeri di Aceh. Namun inti dari bab ini adalah hanya untuk melihat bagaimana peran alumni luar negeri dalam masyarakat Aceh. Kajian ini bukan hanya menyorot fenomena saat ini saja, tetapi apa yang telah berlaku dalam sejarah pendidikan Aceh. Menariknya, tradisi menuntut ilmu keluar negeri salah satu tradisi yang sangat ramai dan di imppikan di Aceh. Dibuktikan dengan ketika ada seorang anak yang hendak berangkat keluar negeri apalagi ke daerah Timur Tengah dan orang tuanya pasti melakukan syukuran baik itu bersifat kenduri maupun hanya doa saja, bertujuan untuk memberitahukan kepada tetangga ataupun saudaranya juga bertujuan unutk mengarapkan anaknya tiba disana dengan selamat dan sampai kembali juga dengan selamat.
Adapun selain Timur Tengah, hampir dapat dikatakan mereka mendapat perlakuan yang sangat istimewa. Dkikarenakan mereka mendapatkan beasiswa dalam proses sduti mereka. Kawasannnya adalah eropa, Amerika Utara, dan juga Australia. Mereka belajar disana bukan hanya melewati tahapan seleksi akademik namun juga dinilai dari segi piawai atau tidaknya dalam berbahasa inggris.
Setelah tragedi Tsunami pada tahun 2014, terjadi boomiing reproduksi para intelektual di Aceh. Dengan cara pemerintah sudah mulai mengirimkan orang Aceh keluar negeri untuk menempuh studi S-2 dan S-3. Mereka diseleksi secara ketat dengan cara studi minta, kecakapan dalam berbahasa inggris dan juga kemampuan dalam membina karir setelah mereka selesai studi diluar negeri. Oleh karena itu disadari atau tidaknya penerima beasiswa akan mewarisi satu tradisi ilmu dan nilai dari suatu bangsa yang pernah mereka tempati. Dia akan menyerap gaya berpikir negara tersebut dan disadari atau tidak ini akan membawa pengaruh bagi mereka ketika mereka kembali ke kampung. Mereka akna selalu melihat masyarakat ada yang tidak sesuai dengan apa yang dilihat diluar negeri. Oleh karena itu mantan penerima beasiswa akan dijadikan sebagai orang pada negerinya. Baik mereka diposissi yang stategis adapula merak menjadi asisten pada sebuah penelitian sepeti NGO.
Dari pembahasan diatas dapat kita garis bawahi yaitu. Pertama. Jaring keilmuan di Aceh, secara sosio-historis talah disamai oleh para ilmuan/ulama yang pernah menuntut ilmu dilaur Aceh. Studi ini paling tidak telah memaparkan bahwa tidak mungkin membangun Aceh, tanpa berhijrah kepada suatu negeri. Kedua, harapan dan peluang untuk berkiprah di Aceh sangat diharapkan pada para ilmuwan, karena itu, peran mereka tidak semestinya berada pada kantong-kantong pemerintahan namun harus ada juga di setiap kehidupan masyarakat Aceh. Ketiga, ketika lembaga-lembaga pendidikan di Aceh sudah mulai berbenah berbagia program pendidikan di Aceh telah dibuka. Disinilah merupakan peluang bagi lulusan luar negeri untuk dapat mengambil bagian dan juga melakukan tranfer of knowledge pada generasi muda Aceh. Khusus pada konteks ini ilmu-ilmu yang dimiliki lulusan luar ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk mrnjadi pegangan atau acuan pada generasi muda. Agar lebih memahami bagaimana menyelesaikan berbagai masalah yang sedang mendera daerah Aceh.
Pada dasanya adalah Acehnologi yang ditulis oleh guru saya ini pada prinsipnya merupakan usaha untuk menyambung silaturahmi keilmuan antara mereka yang pernah belajar di luar negeri, baik itu di Timur ataupun Barat agar lebih memahami ranah-ranah kehidupan rakyat Aceh secara lebih baik. Penghujungnya adalah kita mengharapkan mereka yang berkiprah dalam ranah keilmuan yang ada di Aceh mampu memperdalam lagi sifat dan sikap ke-Aceh-an, supaya tidak ada lagi lorong sejarah yang disabotase oleh pembajak ilmu yang hanya menginginkan untuk melakukan kekisruhan dalam masyarakat Aceh.