Review Acehnologi (Vol 3 Bab 29, Tradisi Kepenulisan di Aceh)
Assalamu'alaikum Wr, Wb..
kali ini saya kembali mencoba untuk mereview buku Acehnologi yaitu pada Volume 3 Bab 29 tentang Tradisi Kepenulisan di Aceh. Ketika dibuka lembaran sejarah aceh pada abad ke -18 dan 19 M, ternyata karya ulama aceh juga tidak pernah surut. Walaupun pada era tersebut, aceh sedang mengalami gejolak peperangan dengan belanda. tidak hanya itu pada abad ke 20 dan 21 M ini, karya-karya penulis aceh juga pernah padam. karya orang aceh yang dilakukan oleh para sarjana, baik eropa, asia, dan amerika. mereka selalu memburu karya aceh bagaimana pun caranya. sehingga dapat dikatakan bahwa hasil intelektual orang aceh ternayata kemudian telah dijadikan berbagai panggung tradisi intelektual bangsa lain.
kemapuan berpikir orang aceh dulu dengan orang aceh yang sekarang ini telah jauh berbeda, didalam memahami dan melestarikan hasil intelektual orang aceh manakala menuangkan ide mereka ke atas kertas. aceh merupakan lumbung intelektual di nusantara, paling tidak jika dilihat dari sperspektif pembukuan aceh, aceh telah memberikan satu kontribusi yang amat penting. walau pun buku-buku di tulis dalam bahasa melayu, karya-karya dari aceh selalu rujukan atau acuan ulama bagi kompas ke agamaan ummat islam di nusantara. ulama sekaliber yang sangat berjasa dalam menulis buku aceh yaitu Hasbi ash-shiddieqy yang menentukan kajian hukum islam di tidak hanya di aceh, tetapi juga di indonesia. demikian pula dalam kajian sastra dan sejarah nama ali hasymi meruapakan sosok bukan hanya sebagai pemimpin pemikiran aceh, tetapi juga sebagai penulis yang amat produktif.
Dalam konteks ini, karya-karya hasbi ash shiddieqy dapat dijadikan sebagai contoh konkrit. tidak hanya dibidang hukum islam, tatpi juga dibidang hadist dan studi al-quran. setiap bidang keilmuan yang ditulis oleh habsi merupakan bagian sebuah deskripsi keilmuan PTAI. ali hasymi merupakan serba bisa yang telah mengahsilkan puluhan karya. syaik nurdin ar-raniry dan hamzah fansuri terhadap beberapa persoalan sufi yang ditulis syaik hamzah fansuri setelah era kedua ulama ini, tradisi menulis polimik tidka begitu muncul kembali. bagian polemik dapat dilihat dari penulis seperti H.M. Rasjidi ketika mengupas beberapa karya yang bersifat polemic seperti abad ke 17 masehi.