Review Acehnologi (Vol 3 Bab 26, Makna dan Peran Bahasa Aceh)
Assalamu'alaikum Wr, Wb..
pada kali ini saya mencoba mereview kembali buku Acehnologi yaitu pada Volume 3 Bab 26 tentang Makna dan Peran Bahasa Aceh. Penguasaan bahasa dalam kehidupan masyarakat aceh. lebih dominan menggunakan bahasa aceh tetapi bahasa aceh belum menjadi satu subjek mata pelajaran ataupun mata kuliah yang diajarkan secara keberlajutan disekolah ataupun perguruan tinggi. jika ada pun di sekolah yaitu pelajaran mulok (muatan lokal) yang terdapat pada rapor siswa-siswi sementara dalam hal ruang publik pun tidak begitu penting. bahasa ini tidak lagi digunakan dalam kegiatan formal. sehingga wujud bahasa aceh lebih menjadi bahasa rakyat, ketimbang bahasa resmi protokoler. aceh telah mulai sirna secara perlahan-lahan. bahasa aceh juga dapat dikatakan sebagai bukan lagi bahasa ilmu pengetahuan orang aceh.
Ada sebuah desa yaitu desa gunci, kecamatan sawang, aceh utara pada tahun 1980-an rakyat masih harus menyeberangi sungai sawang, jika ingin pergi keswang, saat itu yang ada hanya jembatan tutu ayong (jembatan gantung). tnah masih berlumpur jika musim hujan tidak listrik pun tidak ada. di kampung tersebut tidak ada televisi ataupu radio atau jaringan internet atau hp.
Ketika saya mulai sekolah di min baru saya mendengar pertama kalinya bahasa indonesia yang kebetulan di ajarkan oleh guru sekolah kami.ada juga orang yang masih mengunakan bahasa aceh tulen dimana tempat ini masih susah akses mengakses, orang gunci misalnya kalau hendak ke lhok seumawe harus berjalan kaki ketepi hutan dari kampung. setelah sampai di sawang baru menaiki mobil bak terbuka untuk sampai kekrung mane.
Ketika tahun 1993 pindah ke banda aceh belajar di MAPK (madrasah aliyah program khusus) mulai mendengar bahasa aceh dengan logak bahsa aceh rayeuk. dan juga mulai mendengar bahasa indonesia menjadi pergaulan dan ilmu pengetahuan. pada tahun 1996 say pindah ke yogjakarta mulia menggunakan bahasa indonesia dihadapan kawan-kawan dan mereka menertawakan saya bahwa saya dari aceh.karena perkataan bahasa saya terlalu kental dalam bahasa aceh saat menggunakan bahasa indonesia.
Faktor bahasa memainkan peran cukup signifikan dalam pempentukan kebudayaan atau peradaban sekalipun. bahasa cukup penting dalam kajian antropologi. aliran teologis mengatakan bahwa menganggap manusia bisa berbahasa karena anugerah tuhan yang mengajarkan pada adam nenek moyang seluruh dunia. sedang aliran naturalis mengatakan memandang kemampuan bahasa merupakan bawaan alam. aliran konvesionis mengatakan bahasa merupakan sebagai produk sosial.
Bahsa itu sendiri sebagai media untuk memberikan makna dari sekian tanda atau sign. bahasa aceh bukan lah bahasa internasional akan tetapi aceh pernah menjadi pusat peradaban yang paling besar di asia tenggara, yaitu pada abad ke-17.