Mie Sedap, Khas Kota Sabang yang Legendaris
Cina memang rajanya mie, mulai yang diolah ribet maupun instan. Industri mie instan di Indoensia yang merajai dunia, dirintis dan dibesarkan oleh pengusaha keturunan Tionghoa. Di Sabang, kaum peranakan Tionghoa kembali menasbihkan diri sebagai king of noddles, yaitu mie pangsit yang lebih dikenal dengan nama mie sedap Sabang.
Bila Anda berkunjung ke pulau surga Sabang, jangan lupa jalan-jalan ke Jalan Perdagangan yang memiliki sejarah panjang semenjak pulau itu berhasil direbut oleh penjajah Belanda dari tangan Kesultanan Aceh Darusssalam. Di sepanjang jalan itu kita masih bisa menemukan pertokoan yang dibangun dengan gaya Eropa masa lampau.
Dulunya Sabang dan khususnya jalan Perdagangan, disinggahi oleh masyarakat internasional, karena letaknya yang berada di Teluk Sabang yang pernah dibombardir ketik pecah Perang Dunia II, di dasar samuderanya, kapal-kapal besar bersemaian puluhan tahun setelah diamuk bom.
Kini, Sabang bukan lagi kota internasional, apalagi semenjak statusnya sebagai Freeport Sabang dicabut oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pencabutan status tersebut karena politik dagang orang-orang di Pulau Jawa-sebagai pemegang kebijakan-- untuk menghidupkan Batam, yang berdekatan dengan Singapura. Hiruk pikuk manusia telah lama menghilang di sana. Kota yang "tidur" di jam kantor itu saat ini hanya sebatas kota setara kabupaten yang hanya memiliki dua kecamatan dan menjadikan diri sebagai tempat kunjungan wisata. Konon katanya, kota ini menjadi destinasi bule-bule berkantong tidak begitu tebal. Tapi itu masih asumsi. Pariwisata merupakan urat nadi Sabang.
Mie sedap merupakan mie pangsit yang dikelola oleh seorang pria Tionghoa lajang yang sudah sangat fasih berbahasa Aceh. Ia yang dulunya hidup miskin dan asli kelahiran Sabang itu, kini telah menjadi pedagang kaya raya serta baik hati dan dermawan. Ia sampai sekarang merawat dan membiayai seorang lelaki autis yang merupakan putra dari karyawan warungnya yang bekerja paruh waktu karena punya bisnis keluarga kecil kecilan. Bagi sang pemilik warung, pria autis itu adalah "dewi keberuntungan" yang harus diperlakukan istimewa.
Mie sedap bila dilihat sepintas, tidak ada bedanya dengan mie pangsit biasa. Tapi begitu mie itu kita masukkan ke mulut, kita langsung merasakan betapa mie itu sangat nikmat. Mienya empuk, bumbunya yang terasa di tiap inci mie, membuat siapapun merasa tak cukup sekali berkunjung.
Mie sedap tersedia dalam dua jenis, goreng dan berkuah, dicampur dengan potongan ikan laut yang sudah diolah khusus. Rasa pedas mie ini bisa kita tentukan sendiri karena cabe kita campur ketika kita hendak menikmatinya.
Mie ini hanya dijual pukul 08.00-10.00 WIB dan pukul 17.00-22.00 WIB. Jangan datang di luar waktu tersebut karena warungnya tutup dan mienya sudah habis. Menurut kabar yang saya dapatkan, dalam sehari mie itu laku di atas 1000 porsi. Sekali dia memasak mie, mencapai berkilo-kilo.
Bagaimana, Anda ingin mencicipinya? Ayo ke Sabang, reguk keindahan alamnya, nikmati kulinernya dan rasakan keramahan warganya.
Citarasa tinggi, program diet gagal
Hahahahah, tidak makan nasi, tapi makan mie.
Besok aja dietnya
Gagal Diet ini kayaknyaan : D
Hahahahaha.