"Cara Berpikir Orang Aceh" (Acehnologi III : 27)

in #indonesia6 years ago

Assalamualaikum..
Berlanjut pada tugas review saya yang ke-27 pada buku Acehnologi bab ke-27 tentang “Cara Berpikir Orang Aceh”
Pada bab ini bertujuan untuk menggali falsafah berpikir orang aceh yang dikenal dengan istilah “Seumike” ( berpikir) dan melihat bagaimana cara berpokir orang aceh. Sejauh ini kajian pemikiran di aceh memang telah banyak dilakukan khususnya oleh para sarjana yang menekuni aspek aspek kehidupan masyarakat aceh.
Seperti yang kita ketahui faktor tingkat spiritual dan pemahaman terhadap konsep alam telah mempengaruhi cara berpikir orang aceh, tetapi seiring dengan perkembagan zaman yang terus berubah dan perubahan budaya dan sosial pun turut mempengaruhi berubahnya pemikiran orang aceh. Perubahan perubahan ini lah yang akan menjadi titik tekan serta melihat aspek aspek metafisik dari cara berpikir orang aceh.
Disini juga dipaparkan tentang pola “seumike” orang aceh, pola pikir tersebut dibangun atas tiga fondasi dasar yaitu, alam , agama dan jiwa. Artinya disini adalah setiap pola pikir untuk menjaga keseimbangan hidup masyarakat, mulai dari kawom hingga nanggroe dimulai dari bagaimana bersikap pada alam, agama dan jiwa.
Istilah hana roh turut diperjelas dalam pembahasan ini, istilah roh jika diartikan sebagai ruh atau spirit yang merupakan sebuah kekuatan yang tidak tampak secara kasat mata. Lalu hana roh itu sendiri memiliki pemahaman jika dilakukan akan melawan alam. Jadi sesuatu dilakukan karena mengikuti keinginan alam. Atau menurut pemahaman saya istilah ini lebih kepantangan melakukan sesuatu. Saya ingat dahulu ketika orangtua saya sering berkata kepada saya ”tidak boleh menduduki bantal karena akibatnya bisa bisulan” atau “jangan makan didepan pintu karena bisa lama datang jodoh” , istilah istilah ini memang kadang tidak masuk kedalam akal kita, tetapi pemahaman ini sangat kental dengan orang dahulu.
Spirit antara manusia dan alam itu menjadi suatu yang penting karena bagi orang aceh terdapat pola pikir, setiap tempat itu adalah manusia yang mendudukinya atau mendiaminya . karena itu sebuah wujud kesatuan alam dan manusia diupayakan memberikan sebuah persembahan kepada alam yaitu berupa “kenduri”. Karena diaceh sebuah negeri yang sangat identik dengan kenduri, setiap ada ritual selalu dibarengi dengan kenduri.
Lalu simbol penyelarasan ini telah merasuk kedalam rakyat aceh dan telah menjelma sebagai semacam doktrin bagi orang aceh untuk menjadikan alam sebagai sahabat. Oleh karena itu segala aktivitas masyarakat aceh yang dimulai dari gunung, bukit, sawah, sungai dan laut selalu dibarengi dengan “sapaan” kepada alam. Dan dari aspek ini terlihat jelas bahwa banyaknya ritual kenduri dan pola menjaga alam menjadi semacam pijakan aktivitas masyarakat aceh. Tetapi tentu saja pola inipun telah bergeser diaceh, khususnya dikawasan urban, dimana adanya kenduri hanya dipandang sebagai ritual semata tanpa melihat aspek kosmis. Misalnya dahulu kala orang melakukan kenduri atau ritual dengan melihat tanggal dibulan atau melihat tanda tanda alam. Kemampuan ini pun hanya bisa dilakukan oleh tetua, saat ini ritual kenduri misalnya dilakukan bukan karena alam melainkan karena hari libur. Sehingga sering di aceh hari sabtu atau minggu tetap menjadi hari keurija,walaupun pada hari senin hingga jumat mereka telah bekerja.