Review buku Acehnologi Vol 2 bab 16 Filsafat Aceh

in #indonesia6 years ago

Assalamua'laikum wr...wb kawan-kawan semua. kali ini saya akan mereview buku Acehnologi vol 2 tentang Filsafat Aceh.

Pada bab ini akan membahas tentang filsafat Aceh, untuk menggambarkan apa yang dimaksud dengan Filsafat Aceh. Pertama, upaya untuk merekonstruksi gagasan atau ide orang Aceh selama ini belum sampai pada tahapan membangun suatu bidang keilmuan yang kokoh, seperti halnya kajian-kajian filsafat yang sudah mapan, seperti filsafat barat dimana cenderung melihat Yunani dan Romawi sebagai rujukan utama. Kedua, ketika dijadikan suatu kajian yang mendalam untuk membangun fondasi metafisika bagi Filsafat Aceh, tampaknya tidak ada tokoh atau intelektual dari Aceh yang begitu dikenal di kalangan peminat kajian filsafat. Ketiga, hambatan secara konseptual dalam studi Filsafat, istilah-istilah kunci lebih banyak merupakan hasil tradisi intelektual di Eropa.sehingga sitilah-istilah yang muncul di dalam masyarakat nin-eropa kerap dicari padanya dalam bahasa-bahasa eropa, tidak hanya itu bebrapa istilah terkaadang sulit di terjemahkan ke dalam bahasa lain, karena dapat mennghilangkan makna dan substansi dari bahasa lain.

Untuk memunculkan sub-disiplin keilmuan untuk ranah filsafat Aceh, akan memaksa kita untuk melakukan proses perenungan, apa sebenarnya yang di bayangkan oleh filsafat Aceh, apakah perlu di lakukan proses pemakaian ‘kacamata barat’ untuk memahami filsafat Aceh. Untuk itu di pahami bahwa muncul padangan bahwa filsafat Aceh ditemukan setelah dilakukan penjelajahan terhadap filsafat timur dan filsafat barat.

Filsafat Aceh adalah kesadaran menemukan jati diri di kalangan orang Aceh, untuk meluapkan rasa ingin tahu dari hal-hal yang paling hakiki untuk diketahui oleh manusia yaitu, Tuhaan, alam dan manusia itu sendiri. Disini dapat di pahami bahwa filsafat Aceh membentuk karakter dan ciri khas orang Aceh yang memiliki kesadaran pada titik kemajuan berfikir di dalam suatu ruang dan waktu untuk membutikan bahwa ada keinginan pada diri orang Aceh agar dapat bertahan sebagai suau entitas peradaban di dunia ini.