Review Acehnologi (Vol 3 Bab 31 tentang Masa Depan Dayah di Aceh)

in #indonesia6 years ago

Assalammua'laikum Wr...Wb kali ini saya akan me-review kembali buku Acehnologi vol 3 bab 31 tentang Masa Depan Dayah di Aceh.

20180501_154734.jpg

Sebelum adanya perguruan tinggi, pesantren telah menghasilkan ilmuwan yang mampu menciptakan sejarah peradaban di Nusantara. Kunci keberhasilan dayah ialah berhasil ataupun sukses membangun jiwa manusia secara terus menerus, di mulai dari pengasahan intelektual sampai spiritual. Walaupun dalam kenyataannya agama telah di pisahkan, akan tetapi spirit agama, yang di munculkan oleh para agamawan tetap memainkan peran penting.
Dalam studi kajian agama, spirit dimiliki oleh Tuhan. Sudah pasti bagi ummat islam pemiliknya adalah Allah SWT. Oleh karena itu spirit yang ada pada dunia ini pun sangat beragam. Bentuk spirit nya pun ada spirit yang baik yang mampu menggiring manusia dalam kehidupan yang tentram dan damai (bahagia). Dan ada juga kekuatan spirit yang jahat yang pasti bisa menggiring manusia kedalam kehidupan yang durjana (gelap) jauh dari kata bahagia.
Fondasi peradaban dunia adalah spiritual. Di Indonesia khususnya pertarungan kekuatan spiritual begitu belum menggema atau terkenal di wilayah publik. Ini semua karena hal ini menjadi pertarungan hanya di kalangan tertentu, yang paling penting hanya untuk mereka yang faham dan mengerti betul dunia spiritual.
Jika dilihat dalam konteks kehidupan di dayah, persoalan spirit tidak bisa di abaikan, karena dalam sejarah, reproduksi spirit begitu banyak di hasilkan oleh para penuntut ilmu di dayah. Spirit ini ternyata menjelma menjadi suatu patron kebudayaan masyrakat aceh. Hal tersebut di karenakan mereka yang menerima spirit ini mampu menjadi penyuluh masyarakat, baik dari kehidupan sosial maupun kegamaan.
Salah satu fenomena beragama di era globalisasi yaitu kemunculan gerakan kegamaan pada hampir seluruh agama. Fenomena di atas menyiratkan bahwa agama masih di jadikan faktor penting dalam kehidupan manusia, baik dari kepentingan ilmu pengetahuan ataupun sumber daya alam. Dari hal tersebut agama menjadi titik akhir, dimana pada saat reproduksi kepercayaan di bumikan kepada manusia.
Jika di lihat dalam konteks Aceh, mereka yang terlibat di dalam gerakan keagamaan adalah para alumni dayah atau ataupun paling tidak pernah menetap di Timur Tengah maupun bertemu dengan gagasan pembaharuan di Timur Tengah. Keinginan dari mereka hanya satu yaitu ingin mempertahankan kekuasaan tanah suci di Aceh.
Dari pemaparan dalam bab ini bisa dilihat bagaimana peta dan peluang agama di masa yang akan datang. Sudah pasti dayah harus merespon gejala-gejala tersebut dayah wajib hukum nya untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Disini paling tidak ada beberapa pilihan bagi dayah di masa yang akan datang yaitu: pertama, selalu bertahan dengan tradisi keilmuan yang sudah berjalan selama kurang lebih ratusan tahun. Pada pilihan ini akan menyebabkan dayah sebagai benteng akhir ddi dalam memelihara spirit ke-Aceh-an. Kedua, selalu melakukan adaptasi terhadap perkembangan terkini di dunia. Opsi ini sangat berdampak sangat kuat dalam pola pendidikan dayah. Dimana mereka tidak hanya sekedar merespon, akan tetapi juga menciptakan rekayasa. Ketiga, melibatkan diri langsung di setiap perubahan dengan cara melakukan re-desain kurikulum. keempat, membiarkan dayah dengan apa adanya tanpa harus megajak masyarakat di sekitarnya untuk memikirkan perubahan global terkhusu dalam bidang ilmu pengetahuan.