Review Acehnologi (Vol 3 Bab 30 tentang Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negeri )
Assalammua'laikum Wr...Wb kali ini saya akan me-review kembali buku Acehnologi vol 3 bab 30 tentang Kontribusi Keilmuan Alumni Luar Negeri.
Tradisi menuntut ilmu di luar negeri memang sudah menjadi tradisi di daerah Aceh. Dan setiap alumni pendidikan luar negeri pun sangat di diminati oleh masyarakat Aceh. Disini kita dapat melihat dalam tradisi masyarakat Aceh apabila seorang anak hendak berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan maka tidak sedikit para orang tua melakukan syukuran (khanduri) akan keberangkatan anak-anak mereka. Syukuran (khanduri) disini pun selain merupakan simbol pemberitahuan kepada sanak saudara atau kerabat, juga berfungsi sebagai upaya agar putera-puteri mereka selamat sampai ke tempat tujuan dan dapat kembali lagi di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, seseorang yang dapat melanjutkan studi di luar negeri itu dapat merupakan sebuah simbol atau pengalaman yang sangat bergengsi untuk masyarakat Aceh.
Berangkat pada era 1970-an atau sebelum Indonesia merdeka, para alumni luar negeri di Aceh memainkan peran yang sangat signifikan. Bukan hanya itu , mereka yang pernah menduduki atau mengenyam dunia pendidikan di luar negeri, mereka dapat juga menghasilkan karya-karya yang masih dapat kita jumpai sampai hari ini.
Perbedaan antara sistem rekruitmen dan sistem pendidikan, bisa juga mengakibatkan perbedaan dalam melakukan kiprah di kehidupan sosial dan budaya.
Selanjutnya, setelah terjadinya bencana Tsunami pada tahun 2004, maka terjadilah booming reproduksi para intelektual di Aceh. Baik dari luar maupun pemerintah daerah yang mulai mengirimkan orang-orang Aceh keluar negeri untuk melanjutlan studi S-2 maupun S-3. Upaya ini semua berusaha di ciptakan hanya untuk rekayasa sumber daya manusia Aceh yang mampu mengisi pembangunan Aceh pasca-Tsunami. Harapan untuk menciptakan Aceh baru seakan-akan sudah di depan mata. Cara yang di lakukan untuk mendapatkan beasiswa pun bervariasi atau bermacam-macam. Selain untuk mendapatkan karir yang bagus sistem pemberian beasiswa yang setara dengan jumlah kehidupan standar di luar negeri menjadi hal yang sangat penting, dari pada harus menganggur di Aceh.
Oleh karena itu penerima beasiswa di dasari atau tidak akan mewarisi suatu tradisi ilmu dan nilai dari suatu bangsa yang pernah ia tinggali. Dia akan menyesuaikan diri dan gaya pikir dengan Negara tersebut. Dan bisa di di dasari atau tidak ini akan berpengaruh bagi si penerima beasiswa ketika mereka pulang ke kampong halaman nya masing-masing, mereka bisa melihat masyakatnya ada yang tidak sesuai dengan apa yang pernah ia lihat di luar negeri.
Kondisi dan lahan masyarakat Aceh untuk di lakukan suatu perubahan didalam bidang sosial dan budaya di daerah Aceh memang sangat mendesak untuk dilkukan, inilah suatu persoalan yang harus dilihat oleh alumni luar negeri. Memikirkan pola untuk menuju masyarakat yang leibih baik dari sebelumnya haruslah menjadi spirit atau semangat para alumni.
Akan tetapi persoalan klasik di Indonesia terkhusus di Aceh tidak terkecualikan pengakuan terhadap para akademisi belum begitu membaik. Sehingga terkadang sering mereka mengeluh di karenakan standar kehidupan Aceh sangat tinggi, sedangkan pendapatan nya dan penghasilan sebagai masyarakat akademisi tidak mendukung. Sehingga terdapat sebagian alumni yang merasa gusar sudah masa penerimaan beasiswa mereka habis. Ini tidak hanya berlaku di Aceh akan tetapi juga di tempat lain, dimana peran dan fungsi masyarakat intelektual belum begitu diakui secara ma
upvote for me please? https://steemit.com/news/@bible.com/6h36cq