Love You Forever
Tag...tag...tag
suara jam tua di kediaman keluarga Fattir terdengar horor, di tambah lagi malam yang makin larut dan sunyi. Kesan horor makin terasa saat semilir angin malam menggesekkan daun dengan atap rumah, bahkan di lengkapi dengan suara ranting kering yang beberapa kali jatuh. Dan di malam yang semakin larut ini, anak gadis Bapak Adian Fattih dan Ibuk Lena Fattih yang bernama Aqila Naura Fattih sempat beberapa kali terkejut di buatnya.
Bahkan saat ini Aqila tengah menatap langit-langit kamarnya, di dalam otaknya terus saja menari-nari tentang tetangganya yang beberapa hari ini telah meninggal dunia akibat bunuh diri. Jujur Aqila sangat benci saat seperti ini, kenapa otaknya terus saja memikirkan perempuan malang itu. Rasa takut yang jarang ia tunjukan pada siapa pun kini menghampirinya, Aqila melirik adik bungsunya yang masih terlelap dalam tidur nyenyaknya.
Aqila menarik selimut tebalnya hingga menutup seluruh tubuhnya, kalau saja malam ini keluarganya lengkap pasti dia tidak akan setakut ini. Mulut Aqila sedari tadi terus saja berkomat-kamit menghafal ayat suci Alquran yang ia bisa, dengan harapan ia cepat terlelap dan melupakan tetangganya itu.
Ooo
Tring...tring...tring...
Suara jam weker dari kamar Aqila menggema keseluruh penjuru rumah, sang adik bungsu yang lagi mimpi indah terduduk terkejut dibuatnya. Sedangkan Aqila masih meringkuk malas dalam selimut tebalnya, rasa ngantuk masih menguasai Aqila . Ini semua gara-gara pikiran aneh yang membuat ia hampir terjaga sepanjang malam.
"Kak, Kakak enggak ke kampus?" tanyak Lianda adik kecil Aqila yang berumur 9 tahun.
Hanya erangan kecil yag terdengar dari mulut Aqila, nampak jelas kalau ia masih enggan meninggalkan tempat tidur nyenyaknya. Melihat kelakuan sang Kakak Lianda hanya menarik nafas pasrah, lalu ia menyiapkan keperluan sekolahnya dengan sikap mandirinya.
"Liaaaaa... kenapa enggak banggunin Kakak?" jika tadi sekitar jam 05:25 wib di kagetkan dengan suara alaram, kini giliran suara Aqila yang menggema di seluruh penjuru rumah.
Dengan buru-buru Aqila melakukan aktifiatas paginya, semua yang dilakukan Aqila serba ekspres. Lianda yang sedang menyantap nasi gorengnya memperhatikan Aqila dengan ekspersi siap tertawa. Mungkin kalau adik Aqila tidak memiliki sifat yang cuek dan bisa dibilang kurang peduli dengan kelakuan Kakaknya, pasti saat ini dia telah mendengar gelak tawa dirumah megah keluarganya.
"kenapa? Kamu mau menertawa kan Kakak? Tertawa aja jangan pasang ekspresi seperti itu" keluh Aqila yang berdiri di anak tangga sambil berkacak pinggang.
"kalau Kakak mau kekampus sisirnya jangan dibawa juga kali" kata Lianda mengacuhkan perkataan Aqila.
"ini gaya baru" kata Aqila ikut duduk di samping Lianda.
"Mbak Arum, Lia udah siap" kata Lianda dan kembali mengacukan Aqila.
Perempuan yang dipanggil Mbak Arumpun datang dengan membawa kotak bekal Lianda. Aqila menatap Mbak Arum yang tersenyum ramah padanya, Mbak Arum adalah orang yang biasa membantu Buk Lena Fattih dirumah. Dia biasanya datang jam 6 pagi dan pulang jam 6 sore, umurnya hanya terpaut 5 tahun lebih tua dari Aqila.
Perempuan yang bernama lengkap Arum Qauri itu sudah bekerja pada keluarga Fattih sejak ia tamat SMP. Dan atas kemurahan hati keluarga Fattih ia dapat melanjutkan SMAnya, dan pada dasarnya keluarga Fattih juga mau Arum melanjutkan kuliahnya tapi ia masih menolaknya. Lianda dan Aqila yang sudah menganggap Arum seperti Kakak mereka sendiri telah coba membujuk Arum tapih tetap saja ia masih menolaknya.
"Mbak...Mbak" panggil Aqila buru-buru dan menghentikan langkah Arum, Arum memandang Aqila menantikan kata-kata yang akan diucap oleh Aqila.
"Qila nanti pulang terlambat ada acara dikampus, Mbak nungguin Lia dirumah boleh kan? soalnya Qila belum tau kapan Mamah sama Papah pulang" ujar Aqila dengan tatapan memohon.
"baiklah Qi, tapi kamu jangan pulang terlalu lambat juga"
"ya Mbak Arum sayang" kata Qila manja.
Ooo