Memilih Orang Baik
[Penulis bersama Dek Gam dan Coach Akyar Ilyas]
Sebuah ungkapan dari Mark Twain, seorang novelis dan pengajar berkebangsaan Amerika Serikat : "Kebaikan adalah bahasa yang bisa di dengar orang tuli dan bisa dilihat orang buta ", menjadi sangat tepat saat kita bicara tentang Demokrasi.
Menjelang 19 April 2019, banyak orang orang baik di sekeliling kita yang hadir dengan beragam latar belakang kehidupan sosial dan pengalaman hidup.
Bagi anda yang masih mengambang pada pilihan, tentu punya pertimbangan sendiri untuk menentukannya.
Sudut pandang, satu suara anda tidak merubah apa apa, kehidupan tetap berjalan adanya, nasib anda tetap sama dan mereka yang terpilih tidak pernah peduli, logis.
Namun logika yang terbangun pada tataran menjual suara ternyata menyesatkan.
Bila saja anda menetapkan standar materi, menjual suara dengan harga kisaran Rp. 50.000 s/d Rp. 300.000 maka patut dipertanyakan, ini murni logika sehat atau ego yang bermain.
Kehidupan bukan sekedar Anda dengan tuhan, namun kehidupan sosial bergerak seiring sejalan dengan penentu kebijakan dari orang orang yang anda pilih.
Sebuah ketukan palu penanda sahnya aggaran kegiatan akan memberi dampak luas, ibarat melempar batu kedalam kolam maka riaknya akan menyebar.
Kebijakan anggaran yang memberi output langsung pada anda mungkin tidak, namun bisa dipastikan memberi efek secara tidak langsung untuk gerak hidup kita semua.
Disinilah kebaikan tidak pernah tuli dan juga buta, aktivitas politik akan jauh mengakar dengan kebaikan.
Pilih lah orang orang baik, karena kebaikan akan menular dan menjadi obat penyembuh dari penyakit sosial yang terlanjur kronis.
Money politic, black campaign dan conflict of interest adalah penyakit menular demokrasi.
Memilih karena uang hanya merendahkan harga diri kita sendiri, memilih karena buta informasi profil dan termakan keburukan kandidat menunjukkan kita sebagai manusia yang dimamafaatkan dan digiring opini publik, sementara memilih karena kepentingan politis, pribadi dan golongan menjadi alasan pilihan yang berat sebelah dan anda hanya peduli diri sendiri.
Lalu siapa orang orang baik itu ?, Setidaknya Mereka yang berpikir jangka panjang dan punya visi jauh kedepan, lalu mau berjuang untuk kemashlatan ummat dan berjuang agar kesejahteraan sosial bukan ditataran wacana dan janji janji namun implementasi.
Bukti kebaikan akan menjadi bentuk loyalitas dan komitmen pada prioritas kebutuhan rakyat dan tentu saja mau dan terus menerus jadi corong suara atas aspirasi kaum marginal.
Sulit memang menentukan orang baik itu, maka untuk memudahkan pijakan, tanyakan saja, apa yang menjadi catatan perbuatan baik dari kandidat anda selama ini ?
Jika anda menemukan jawabannya maka kebaikan akan mengalir bersama sosoknya.
Kebaikan itu harus di beritahukan, disampaikan dan di suarakan terang benderang.
Di bidang olahraga Aceh, Dek Gam, pengusaha muda, alumni Smuntig Banda Aceh, putra Aceh Besar dan menjabat sebagai presiden Persiraja menjadi sosok yang layak masuk dalam daftar orang orang baik.
Investasinya di Persiraja belum tentu menguntungkan secara finansial, namun kebaikan yang ditularkan adalah menumbuhkan semangat bersaing secara terbuka untuk siapapun layak dan pantas menjadi skuad tim, patut di acungi jempol.
Selain itu menjaga marwah Persiraja sebagai kebanggaan Rakyat Aceh tentu butuh pengorbanan yang besar, bayangkan saja jika anda bergelut didunia olahraga, memiliki tim sekelas tarkam saja membuat hidup terasa tak berimbang , labil jika management dan finansial tidak profesional.
Dua alasan di atas cukup untuk menggambarkan betapa kebaikan itu ada bersama Nazaruddin alias Dek Gam yang selalu meminta doa dan dukungan kita semua untuk menuju Senayan.
Dek Gam bisa menjadi satu dari banyaknya orang orang baik yang menularkan kebaikan.
Pilihan tetap pada Anda, dan jika anda selama ini termanipulasi dengan penyakit sosial demokrasi, maka penyembuhnya adalah PILIHLAH ORANG ORANG BAIK.
Wallahu 'aqlam bishawab.
Banda Aceh, 16 Maret 2018.