Preliminary Studies of Gramtika al-Qur'an and al-Hadith (Studi Awal Gramtika al-Qur'an dan al-Hadits)

in #indonesia7 years ago (edited)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

image

My brothers and sisters

This time I want to share some knowledge about how we are right in understanding the "religious texts".

Understanding the meaning contained in the verses of the Qur'an and in al-Hadith presented to us using the Arabic language, obviously not as easy as understanding the contents of newspapers or magazines (for example to easily understand), need special study accompanied by the mastery of certain scientific fields.

A Mufassir in order to avoid the interpretation of bi-Ra'yi (an interpretation that merely relies on the mind) must be truly qualified in the field of tools sciences such as; science of Tafsir, Nahwu Sharaf, Ushul Fiqh, Fiqh Rules, Mustalah al-Hadith, memorized thousands of hadith and many more that must be mastered. Even a Mufassir must really understand the Asbab an-Nuzul (the causes of the passage of the verses of the Qur'an). So we should not haphazardly understand the verses of the Qur'an. Especially for those interests that are clearly forbidden according to religion.

So, to understand the Qur'an and al-Hadith, as a starting point we must first study Nahwu Sharaf. Nahwu Sharaf is a branch of Arabic Grammar which was first coined by Abu al-Ashwad ad-Dauly on the orders of Caliph Ali ibn Abi Talib R a. in the Middle Ages.

With this knowledge, we can understand the Arabic grammar which is the language of the Qur'an and Hadith, and the language of the books of inheritance of the scholars of old times.

quite so long ago, may be useful

Saudara-saudaraku sekalian

Kali ini saya ingin berbagi sedikit ilmu tentang bagaimana supaya kita benar dalam memahami "teks-teks agama".

Memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur'an maupun dalam al-Hadits yang disajikan pada kita dengan menggunakan bahasa Arab, jelas tidak semudah memahami isi koran atau majalah (sebagai contoh untuk mudah paham), perlu tela'ah khusus yang disertai dengan penguasaan bidang-bidang keilmuan tertentu.

Seorang Mufassir agar terhidar dari tafsir bi ar-Ra'yi (tafsir yang semata-mata mengandalkan pikiran) harus benar-benar mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu alat seperti; ilmu Tafsir, Nahwu Sharaf, Ushul Fiqh, Kaidah-kaidah Fiqh, Mustalah al-Hadits, hafal ribuan hadits dan masih banyak lagi yang harus dikuasai. Bahkan seorang Mufassir harus betul-betul memahami Asbab an-Nuzul (sebab-sebab diturunkannya ayat-ayat al-Qur'an). Sehingga kita tidak boleh secara serampangan memahami ayat-ayat al-Qur'an. Apalagi untuk kepentingan-kepentingan yang jelas-jelas terlarang menurut agama.

Jadi, untuk memahami al-Qur'an dan al-Hadits, sebagai pijakan awal kita harus mempelajari dahulu Nahwu Sharaf. Nahwu Sharaf adalah sebuah cabang ilmu Gramatika Arab yang dicetuskan pertama kali oleh Abu al-Ashwad ad-Dauly atas perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib R a. di abad pertengahan.

Dengan ilmu ini, kita bisa memahami gramatika bahasa Arab yang merupakan bahasa al-Qur'an dan Hadits, dan bahasa kitab-kitab warisan para Ulama tempoe doeloe.

cukup sekian dulu, semoga bermanfaat

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Sort:  

Terima kasih. بارك الله لك

Beu panyang lom Tgk tulehh