Halusinasi atau Nyata
Sebenarnya tanganku terasa gatal untuk menulis secuil kisah ini. Bukan gatal karena apa, melainkan mencari waktu yang tepat untuk menuangkan segala unek-unek yang telah terpendam dalam beberapa hari lalu. Ini lah ceritaku yang selalu menjadi bahan tawa sekaligus motivasi bagi diriku untuk melangkah lebih jauh.
Tawa mereka yang renyah namun menyakitkan membuatku semakin bergairah untuk menulis. Beberapa minggu yang lalu aku membaca berita dari grup SRIKANDI bahwasannya Ayah Pidi Baiq akan tiba di Banda Aceh bersama steemian lainnya.
Siapa yang tidak kenal dengan sosok satu ini? Aku rasa kalian pasti mengenalinya lebih dari aku. Sebelumnya aku hanya tahu bahwa ia adalah seorang penulis yang produktif, humoris dan romantis. Mungkin menurut pandangan kalian berbeda denganku. Alasanku mengatakan bahwasanya Ayah Pidi Baiq sosok yang produktif, humoris dan romantis adalah dari cara dia menulis. Aku sudah membaca novelnya milik temanku, aku merasa sangat geli dan geregetan saat membaca setiap kalimatnya. Jujur, aku belum dapat menulis cerita yang humoris namun romantis.
Aku merasa sangat bahagia mengetahui berita tersebut. Andai saja aku dapat menghadiri acaranya, pasti lebih afdal pikirku. Pasti banyak hal yang dapat aku pelajari di sana. Sudahlah, tak perlu mengharapkan sesuatu yang belum pasti. Aku tak akan sanggup.
Namun Tuhan Yang Maha Tahu tidak membiarkanku patah semangat dalam merencanakan dan menjalankan sesuatu yang bermanfaat bagi hamba-Nya. Perantara @dyslexicmom aku menghadiri acara tersebut di Aceh Trend pada malam hari. Aku mengabari beberapa temanku akan berjumpa dengan penulis novel Dilan. Akh, benar saja apa yang ada dalam firasatku. Mereka tidak mempercayainya dan memberiku sebuah tantangan kalau itu nyata. Akh... aku suka dengan tantangnnya. Tantangannya hanya berfoto dengan Ayah Pidi Baiq, itu mah gampang!
Menunggu kedatangan rombongan Pidi Baiq bukanlah sesuatu yang mudah untuk malam itu. Rasa kantuk menghantuiku, ingin rasanya aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Mungkin karena hari itu penuh dengan berbagai aktivitas yang melelahkan namun menyenangkan.
Kulihat beberapa penggemar lainnya telah menyerah untuk menunggu. Sayang, padahal mereka telah membawa novel Dilan untuk ditandatangani oleh Pidi Baiq. Aku ingat wanita yang duduk di sebelahku sedikit menggerutu, mungkin karena merasa bosan dan lelah menunggu. Aku mengerti itu. Menunggu bukanlah sesuatu yang mudah bagi setiap individu, apalagi telah terlanjur berharap.
Di sela-sela waktu menunggu Pidi Baiq beberapa hiburan membuatku tersenyum dan sedikit lebih rileks. Dengan didatangkannya grup band Apache dan saling bertukar informasi. Beberapa menit kemudian dikabarkan oleh pak @rismanrachman bahwasanya ada beberapa kendala yang harus diselesaikan segera oleh Pidi Baiq.
Kedatangan Pidi Baiq di tempat membuatku merasa lega. Akhirnya aku dapat berjumpa dan mengambil ilmunya. Sudah kukatakan sebelumnya Pidi Baiq adalah sosok yang humoris. Terbukti pada malam itu. Kalimat yang dilontarkannya membuat diriku ingin lebih tahu dan tertawa lepas. Namun... Bidi Baiq terlihat sedikit misterius. Aku baru menyadarinya setelah beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh seorang lelaki, aku lupa siapa nama dia.
Sudahlah, yang terpenting dalam pertemuan malam itu aku mendapatkan beberapa pelajaran baru dan mencoba untuk memahami setiap kalimat yang dikatakan oleh Ayah Pidi Baiq. Aku memiliki catatan yang menurutku penting dan tersimpan di notebookku.
Ups, tidak pula aku mengambil kesempatan sekaligus tantangan dari temanku. Foto bersama Ayah Pidi Baiq! Setelah mendapatkan foto dengan Pidi Baiq teman yang memberikan tantangan padaku hanya dapat menertawakanku.
"Gak usah mimpi jadi seorang penulis Da! Kebanyakan menghayal kamu!" Jawabnya melalui via WhatsApp.
Aku hanya bisa tersenyum membaca pesannya. Dan berharap aku dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kalimatnya adalah motivasi bagi diriku. Terimakasih atas motivasinya!
Mungkinkah malam itu aku sedang berhalusinasi? Aku rasa tidak! Aku sadar 100%!
Cerita dan tulisan yang bagus, sampai-sampai saya harus berhalusinasi utk bisa menulis seperti @jarnidanababan, he he he.
Sukses sabee beeh
Hahaha, terimakasih telah mampir dan membacanya😊
Tulisan saya masih perlu dikoreksi bang @hamdanirz, jika berkenan untuk mengoreksinya saya terima dengan lapang dada. Terimakasih 😊
Beruntung kali ab, @jarnidanababan
Alhamdulillah 😊
Tapi kok abg ya? Entah keberapa kalinya dipanggil dengan sebutan "ab, bang" dan Abang". Faktor dari nama kali ya? Hehehe 😂
Sebuah kisah yang keren penjabarannya Mba😊
Salam kenal yah, dari KSI-Chapter Taiwan
Terima kasih telah mampir Kak😊
Salam kenal kembali😊
Jadi penasaran dengan novel Dilan, pingin baca
Baca lah Kak, seru!
Kalimatnya romantis. Yang penting jangan baper😊
Bahaya tahu kalau baperan, hehehe 😂
mungkin halusinasi hihihihi, cak cubit tangannya
Bek cutit-cutit hai Kak😊
Nangis nanti kami😂😂
Selamat yah, tulisanmu ini masuk dalam kompilasi OCD International daily Issue #173, silahkan cek di link ini: https://steemit.com/ocd/@ocd/ocd-international-daily-issue-173.
Terima kasih Bunda @mariska.lubis, yang telah memilih tulisan saya dalam kompilasi OCD Internasional Daily Issue #173😂