Novel Intan ... halaman 11
(Selalu dalam Kenangan) ... Hampir 99,97% manusia di dunia ini hidup dengan pasangannya masing-masing. 99,98% burung-burung yang terbang di langit biru itu tidak pernah jatuh. 99,99% ikan yang hidup dilaut dagingnya tidak asin. 100% manusia di dunia ini pernah merasakan kecewa karena cinta.
Kujelaskan panjang lebar semua yang telah ku tulis dalam file powerpoin isi presentasiku pagi itu tentang cinta, kenapa cinta karena 77% novel yang pernah di tulis berisi tentang cinta, 16% tentang waktu dan sisanya yaitu 7% tentang misteri dalam kehidupan bahkan kematian. Jika kalian ingin jadi penulis novel yang sukses mulailah jatuh cinta, rasakan semuanya dari cinta, buatlah suasana cintamu bervariasi, jangan selalu berfokus untuk bahagia, ciptakan api-api kecil dan rasakan saat api cinta itu membakar inci demi inci tubuhmu, beranikan hatimu untuk memilih jeda ketika suasana cintamu telah menenggelamkanmu dalam lautan kebahagiaan. Jika jatuh cinta untuk kebahagiaan saja sebaiknya anda tidur saja di atas ikan tidak perlu memancing. Jika anda mencintai seseorang dan anda fokus untuk kebahagiaan anda sebaiknya anda gali lobang dan tanamkan sebagian tubuhmu disana.
Pasanganmu adalah pelengkap dirimu itulah kenapa 99,97% manusia di dunia ini hidup bersama pasangannya. Tanyakan mereka apakah mereka selalu bahagia meskipun telah hidup berpasangan bertahun-tahun? Jawabannya pasti begini ‘jika anda selalu kenyang kapan anda makan? Jika anda selalu tidur kapan anda bangun? Jika anda selalu bahagia kapan anda merasakan dan menemukan kebahagiaan itu, bukankan bahagia itu berpasangan dengan kekecewaan, itu tidak ubahnya jika kamu selalu bersama laki-laki apakah kamu tau bagaimana jika sekali waktu saja kamu bersama perempuan?
Hmmm hatiku kembali terasa bagai petir menyambar hingga membuat wajahku hitam dan darah dalam tubuh membeku saat ku pikir ‘jangan-jangan nomor dia sibuk tadi pagi karena dia lagi jatuh cinta sama wanita lain, mereka pasti telponan dan bercanda bahagia, dia pelan-pelan akan berhenti mencintaiku’. Ingin kuakhiri presentasiku dan menghubunginya untuk kepastian, bila memang benar berarti aku telah membuang banyak waktu untuk menunggu bersamanya. Akan kukatakan padanya (kurang ajar kamu Awi, aku berdo’a, bermunajat setiap selesai dari sujudku untuk kesuksesanmu, untuk kesuksesan kita agar setelah kita menikah nanti kita hidup layak, anak-anak kita sehat dan sejahtera, tapi kamu apa, kamu tidak pernah peduli itu semua, kamu egois Awiii...). (bersambung...