Tattoo...yes please!!
Kontroversi yaaa....bahkan sampai detik ini pun masih jadi hal yang paling sensitif (buat sebagian besar orang).
Bagaimana dengan saya??
Mari ngobrol dengan saya tentang tattoo. Saya tidak ingin membenarkan apapun dan tidak juga menyalahkan presepsi siapapun tentang ini. Setiap kita punya pandangan yang berbeda....( masih menghargai perbedaan kan? ) yaaa...memang sudah seharusnya begitu.
Tidak perlu dipusingkan atau dibikin panjang membahas tentang sesuatu hal yang kita suka dan orang lain tidak suka.
Bagi saya sejauh tidak merugikan dan tidak menyakiti orang lain, kenapa tidak??
Percayalah bahwa hidupmu adalah tanggung jawab mu pribadi, sepenuhnya.
Pengalaman saya dengan seni yang satu ini, mungkin salah satu pengalaman yang paling seru di hidup saya...
Dulu....sewaktu masih di bangku sekolah saya pun memandang orang dengan tattoo di badan, kadang dengan lirikan yang nyinyir hehehee...tapi percayalah, itu pandangan yang hanya sesaat. Saya toh kemudian sadar dengan cepatnya. Si empunya tattoo bukan penyandang hak paten adalah manusia dengan “konotasi jelek” ...yang bersih tanpa tattoo pun bukan dia yang selamanya baik, sempurna.
Tapi tidak juga secepat itu saya memutuskan merajah tubuh saya dengan tinta permanent.
Suatu ketika pernah saya iseng demi memenuhi hasrat ingin melukis ditubuh. Pergilah saya kesebuah titik keramaian di kota saya menuntut ilmu... Malioboro...siapa yang belom pernah kesini?? Hidupnya gak seru kalo belom jalan dari ujung sampai ujung trotoar yang super hits ini hahahhaaa...
Disana banyak bertebaran bakul-bakul...salah satunya yaa tukang jual jasa gambar tubuh...mau cari yang apa? Temporary? Ada!
Permanent?? Ada banyak!!!
Karena niat sama keyakinan belom full dan masih dibayang-bayangi muka si babe ( bapak saya ) hahahaa... nyali saya ciut buat pilih yang permanent. Alhasil cuma berani dengan tinta henna.
Diujung kaki di betis bawah, saya pilih gambar scorpion ( ciieee sok biar kaya kalajengking, keren, menakutkan gitu ) heheheee...
20 menit kemudian taraaaaa...nempellah itu scorpion di betis saya. Dan dengan PD nya celana digulung sebelah ( karena tinta masih basah ) jalan deh sepanjang trotoar yang super ramai itu.
Gak sedikit mata yang memandang bahkan sampai balik badan demi meyakinkan penglihatan mereka...hah??? Cewek tuh tattoo begitu??? (Mungkin yaa begitu batin mereka)
Saya??? Bodo amattt!!!
Hari ke hari...saya masih bangga-bangga nya punya “tattoo” sambil dikit-dikit mengamati tinta yg mulai pudar, kering dan hanya meninggalkan bekasnya.
Bekasnya??? Wooowww....saya bertattoo (riang dong).
Dua minggu kemudian??? Saya sudah tidak seantusias seperti awal mula. Yaaa biasa aja ternyata bertattoo...pandangan teman2 saya juga ternyata tidak ada yang extrim2 amat melihat saya bertattoo.
Tapi saya mulai belingsatan....scorpion nya tambah gede!! Wuuaaaa...kok bisa hidup???
Mulai deh kebinggungan duhhh mampus deh kalo ini permanent begini (bayangkan kaki dengan gambar scorpion yang membengkak)
Aahhh jaman segitu saya belom punya Hp buat fotoin jadi gak ada file nya hahahahaaa...
Berkutat dengan kebingungan dan dikit-dikit garuk-garuk itu kalajengking sambil di otak mikirin ini kenapa???
Ada mungkin sebulanan saya menyesali “kerennya bertattoo”
Akhirnya saya dapet info yang akurat. Ternyata tipikal kulit saya adalah kulit yang super sensitif. Salah satunya yaaa tinta yang tidak rekomen...entahlah mungkin kala itu bukan henna yang asli. Tapi saya tidak pusing dengan harus komplain ke si tukang gambar. Toh ini juga karena keinginan saya. Sambil komat kamit moga-moga bisa cepet pulih.
Aaahhh Tuhan maha mengerti betapa jiwa muda saya yang iseng ini sudah menyesali kecerebohan tidak mengenali tipikal kulit pemberianNya hahahahaa...akhirnya itu kalajengking hilang entah kemana.
Sayapun tak pernah berkeinginan memiliki gambar apapun lagi di tubuh saya.
Sampai suatu saat saya mendengar sebuah percakapan...”kalau kulit kamu sensitif dengan tinta temporary seharusnya pakai yang permanent dan carinya jangan yang di emperan”.
Wkwkwkwkkk...emperannn...iyahhh emang waktu itu di emperan jalan. Tapi bukan masalah emperannya kok, ini murni karena kulit saya memang bermasalah.
Tapi saya pun tidak serta merta mendatangi tukang gambar tubuh yang permanent.
Bertahun-tahun sejak itu saya tidak lagi memikirkan tentang mengambari tubuh saya.
Sampai akhirnya saya menamatkan studi dengan gelar sarjana itu...cieeee saya bebas dengan keinginan hidup saya, apalagi ditambah sudah punya kerjaan yang menghasilkan xoxoxoxo...
Tattoo?? Enggak juga. Belom berani nekat cyiinn.
Kerja kantoran bertattoo??? Haiyahhhh bisa pulang gasik deh.
Akhirnyaaa...niat yang tidak bisa saya bendung itu datang lagi. Kali ini tentunya sudah dengan berbagai macam pertimbangan dan banyak mengumpulkan info tentang kondisi kulit saya...cukup lama sih, ada mungkin sekitar 6 tahun setelah kejadian si kalajenging yang “tumbuh” itu hahahahaaa...
Satu hal yang saya tanyakan ke si tukang gambar tubuh
“Sakit mana sama melahirkan normal?”
Yaa sakit melahirkan normal kemana-mana lah. Itu sakit yang gak ada tandingannya kata istri si tukang gambar.
Sejurus kemudian....ahh ya sudah ...tattoo lah.
Tapi tinta nya jaminan ya! Garansi lho kalo kenapa-kenapa sama kulit saya.
Iyah, dijamin pasti. Ini tinta khusus kok. Percaya deh!
Aahhh ya sudahlah. Saya percaya aja.
Mringgis...nyenggir...ketawa sampe pengen nyerah, akhirnya cuma ditahan sambil batin....maluuu sama tanya-tanya sakit. Katanya kalo gak lebih sakit dari ngelahirin, dijabanin aja..wuuuaaa!!!
Segala macam expresi campur aduk bebarengan ketika jarum mesin mulai mengukir lukisan di bagian tubuh saya.
And finally....my first permanent tattoo 👏🏻👏🏻
Saya begitu terkesima ketika melihatnya pertama kali.
Seriusss nih??? Saya bertattoo??
Dan sekali lagi...siapapun yang saya temui, tidak 1 pun dari mereka berpandangan nyinyir tentang saya yang bertattoo...ada sih beberapa tapi ya sudahlah. Saya tak mau memperpanjangnya dan tidak ingin menjadikannya bahan bahasan demi meyakinkan keinginan saya. Biarlah mereka dengan penglihatan dan penilaian nya.
Toh bukan harga mati dan tolak ukur permanent menilai kepribadian seseorang hanya dari sebuah gambar tattoo.
Saya juga bukan tipikal orang yang memusingkan pandangan orang lain terhadap saya. Cukup lingkungan terdekat saya tak pernah keberatan dengan keinginan saya.
Dan lebih membuat saya nyaman bertattoo adalah si babe adem ayem nonton kulit anak wedok nya ada gambarnya hahahahaa....( riang gembira saya )
Tattoo buat saya...iya sekali lagi ini bercerita tentang saya tak perlu melebarkan sampai kemana-mana.
Memutuskan bertattoo bagaikan memutuskan pilihan hidup yang tidak akan bisa saya skip seenaknya kapan saja (walaupun memungkinkan sih). Karena teknologi saat ini sangat bisa sekali menghapus gambar ditubuh tanpa bekas.
Tapi bagi saya....repot amat cyiiinnn!!! Kalo ujung-ujung nya mau dihapus kenapa gak pake spidol aja??? (Saya lhoo bilang ke badan sendiri)
Setiap gambar yang dirajah ditubuh saya adalah pasti karena sesuatu hal. Dan selalu punya makna (sekali lagi, buat SAYA)
Mungkin awal mula tattoo pertama saya hanya keisengan memenuhi hasrat saya. Tapi toh tetap saya memilihnya bukan tanpa pertimbangan.
Nahhh...setelah terkesima dengan tattoo yang hanya seiprit itu. Keinginan saya muncul lagi semakin besar demi bisa mengukir gambar-gambar lain ditubuh saya.
Ada benarnya kata orang....awas lho, tattoo itu addict!! Nagih kalo yang udah bener-bener suka.
Eehhmm...bener juga sih. Saya salah satunya yang mulai ketagihan.
Mungkin sekitar 2011 saya mengulang merajah tubuh dengan gambar dan tulisan lain di dua bagian tubuh yang bebeda, sekaligus dalam satu hari. Wooow!!! Dalam satu hari???
Iyah, saya begitu menikmatinya.
Tepat dipergelangan bagian dalam tangan kiri saya, terukir rajahan tinta dengan gambar Cross.
Tidak perlu panjang lebar membahas artinya. Saya cukup menyatakan ini jati diri saya.
Sesaat kemudian, ukiran ketiga dibagian dalam tubuh kanan saya terajah rangkaian huruf kanji.
Kok tulisan kanji?? Tau artinya?? Kenapa bukan huruf jawa?? Sederet pertanyaan dari mereka yang ada disekitar saya kala melihat tatto ke tiga saya.
Sewaktu saya berada dalam sebuah pusat perbelanjaan...ada sekelompok teman-teman kuliahan yang membuka stand di corner dengan tagline mereka...”Donasi untuk korban tsunami Jepang”
Disitu semua bisa berdonasi dalam bentuk apapun. Entah kenapa pandangan mata saya justru jatuh cinta pada tulisan kanji saat itu.
Ada beberapa pemuda dari Jepang yang membagikan ilmunya menulis huruf kanji, mereka bertukar dengan donasi yang kita berikan.
Sambil duduk manis mengamati si pemuda meliuk-liukkan kuasnya menuliskan berbagai tulisan dalam huruf kanji, otak saya terbius keinginan sekali lagi merajah tubuh dengan ukiran huruf ini.
Alhasil saya memintanya menuliskan sebuah nama dalam huruf kanji.
Nama yang pasti sekali lagi tidak bisa saya skip dari hidup saya.
Ukiran huruf itulah yang pada akhirnya menempel dibagian tubuh saya secara permanent.
Yaaa...bentuk donasi saya yang tidak seberapa mungkin bagi mereka, tapi punya kenangan seru di bagian tubuh saya hehehheee....
Berhenti sampai disitu???
Oohhh tidakk!!!
Mengenang obrolan teman sambil mesam-mesem sendiri saya....yaahhh benar-benar addict!!!
Dua tahun lalu saya bangun dari tidur dan entah kenapa otak saya cuma berfikiran rindu merajah tubuh hahahhaaa....
Sekali lagi saya sudah duduk manis disebuah ruangan penuh dengan aksesoris seni menggambar tubuh. Kali ini saya jauh lebih menikmatinya.
Mari berhitung....yeeeaayyy Empat tattoo di bagian yang berbeda, menghiasi tubuh saya.
Lagi dan lagi...bukan tanpa arti angka-angka berderet di belakang bahu saya diukir permanent. Ini adalah angka-angka yang ketika dirangkai akan menunjukan saya pada sebuah tempat dimana hadiah terbesar Tuhan buat hidup saya, saya lihat pertama kalinya disini.
Jadi jangan tanyakan pada saya tentang baik buruknya merajah tubuh.
Jangan tanya saya menyesal atau tidak dengan semua gambar di tubuh saya.
Tak perlu juga saya pusing dengan penerimaan orang lain tentang saya yang keranjingan merajah tubuh.
Sekali lagi, setiap kita tahu porsinya bagi badan dan hidup kita masing-masing.
Tak perlulah saling menuding paling baik dan benar. Toh final decision tentang itu semua tidak ada ditangan kita.
Berkenalanlah dengan pribadinya, dengan hatinya bukan dengan “casing” apapun yang melekat ditubuhnya.
Sudah cukupkah saya menggambar tubuh saya??
Hahahhaaa....justru saya sedang berfikir mengulang kembali merajah tubuh dengan ukiran yang lain.
Nikmati hidupmu, lakukan yang kamu suka. Sejauh tak menyakiti orang lain. Kamu pasti bahagia.
Sekali lagi ini hanya cerita tentang saya.
I got my tat when I was 15, small enough so I could hide it from my parents
Hahahaa!! 😁
same with me but I got my first tat in collage (temporary tat) but now I have 4 permanent and my parents said Ok 😄😄
Ineeezzz Aku follow ratusan orang, sampe postingan mu kelewatan, Baru lihat euy 😂😂😂😁
Besok2 tato wayang nez 😁 jati diri Indo bgt 😁
Its ok nina😉...besok2 tato sendok grpu🤣🤣🤦🏼♀️ thepowerofemak2 banget😂
Diupvote ya..
👌 ok @puncakbukit 🙏
Masi gapaham ama your first tattoo sih, gambar bulu ayam apa apa sih? 🤣
Hanya orang2 beriman yg tau itu gambar apa...kata siapa bulu ayam ...bulu ketek ituh🤣🤣
Votenya banyaaak ni yeee hahaha
Aahhh tengkiyuu kakakkk😘😘
berhasil... cewek punya tato itu keren.
@kaoy...bener bangettt😁🙏