RINDU JABIR
Rindu terhadap Jabir sudah terobati. Masjid paling sederhana di Kota Meulaboh. Tanpa kubah, menara, kaligrafi dan ornamen arsitektur. Sajadah lembut dan tebal pun tidak.
Di dalam kesederhanaan itu. Hijab jamaah ikhwan akhwat jelas sirkulasinya. Parkir teratur tanpa tukang parkir. Sandal teratur tanpa penitipan sandal. Tak ada sepuntung rokok pun walau tanpa tukang sapu. Infak mengalir deras dari para muhsinin.
Aura Jabir memang beda buat kultur bermasjid Aceh. Zikir mereka hening dalam kesendirian. Bacaan imam panjang dan santai. Shaf rapat lurus dan rapi. Tak ada yang berpakaian isbal. Lebih banyak memegang mushaf daripada tasbih. Tidak ada bacaan bersahutan antara imam dan makmum di sela sela rakaat tarawihnya.
Konon masjid ini hidup majelis ilmu. Saat menunggu hujan reda. Beberapa wajah mahasiswa, akademisi, kalangan profesional, terlihat familiar. Infak dari muhsinin dicita citakan untuk pembebasan tanah guna mencetak para penghafal Quran sejak usia dini.