Bangga Berbahasa Indonesia Logat Aceh
Fatin Shidqia Lubis mengaku tertawa saat mendengar tukang parkir di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, bertutur bahasa Indonesia. Pernyataan Fatin itu sebenarnya menunjukkan bahasa setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam bertutur bahasa Indonesia.
Bagi anak perkotaan, sepertinya sudah lumrah menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat keberagaman suku di kota lebih banyak dibandingkan perkampungan. Suku-suku tersebut bisa berasal dari Aceh itu sendiri maupun dari luar Aceh. Penggunaan bahasa Indonesia menjadi penting untuk merekatkan keberagaman tersebut. Selain itu juga bertujuan agar tidak menimbulkan perbedaan pemahaman dalam berkomunikasi.
Sayangnya, penggunaan bahasa daerah di kalangan pemuda pada umumnya seolah menjadi tabu. Bahasa daerah (Aceh) terkadang digunakan untuk menirukan ucapan orang ketika seseorang sedang berbicara dengan teman-temannya. Anehnya lagi, tidak sedikit dari pemuda lebih hebat berbahasa Indonesia dibandingkan bahasa daerah. Padahal lawan bicaranya juga bisa berbahasa Aceh. Sangat aneh bukan ketika sama-sama bisa berbahasa Aceh, tapi ketika berada di daerah kota berbahasa Indonesia.
Pada dasarnya bahasa Indonesia memiliki kedudukan penting dalam sebuah bangsa. Tanpa bahasa Indonesia, mungkin Negara yang memiliki 17 ribu pulau lebih ini tidak akan pernah bersatu. Bahkan bisa jadi kita tidak akan merasakan 73 tahun kemerdekaan ini. Akan tetapi, penggunaan bahasa Indonesia dapat menggerus nasionalisme kedaerahan. Pada kebiasaannya, bahasa daerah mampu membuat pembicara dan lawan bicara merasa memiliki dan cinta terhadap daerah. Akibat ada persamaan di antara mereka, maka timbullah suatu ikatan yang kuat.
Saya memisalkan ketika seseorang pergi keluar negeri. Di sana ia bertemu dengan orang Indonesia. Maka di antara kedua orang ini akan merasa lebih karena berasal dari tanah air yang sama dalam cakupan Negara. Akan tetapi, ikatan tersebut semakin kuat ketika mengetahui jika keduanya berasal dari daerah yang sama dalam cakupan yang lebih kecil (kabupaten/kota). Apalagi sama-sama jika bisa berbahasa daerah.
Bangga Berbahasa Indonesia Logat Aceh
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Indonesia memiliki keragaman suku dan bahasa yang berbeda. Bahkan bahasa Aceh sendiri antara satu daerah dengan daerah lain memiliki logat yang berbeda. Dialek daerah ini memengaruhi penuturnya dalam berbahasa Indonesia. Misalnya orang Yogyakarta bisa ditandai daerah logat bahasa indonesianya. Begitu juga orang Papua, Batak, dan Aceh.
Hal menariknya adalah, tidak sedikit orang menjadikan standar bahasa Indonesia yang kerena seperti halnya dituturkan para artis atau orang Jakarta. Pada umumnya, orang Aceh yang bertutur bahasa Indonesia juga sangat tampak kedaerahannya alias meubak-bak (berbatang-atang). Kita terkadang tertawa sendiri saat melihat orang Aceh bertutur bahasa Indonesia ketika diwawancarai media nasional. Sebagian kita mungkin juga tersenyum kecil saat mendengar orang Papua bertutur bahasa Indonesia.
Logat daerah yang muncul ketika berbahasa Indonesia menunjukkan sifat kedaerahan. Sehingga, bertutur bahasa Indonesia logat daerah bukanlah sebuah aib yang harus kita sembunyikan. Itulah sebenarnya bentuk identitas bahwa Indonesia memiliki beragam suku yang luar biasa banyaknya dibandingkan negara lain. Dapat dikatakan bahwa bentuk keragaman logat dalam bertutur Indonesia patut kita jaga bersama. Kita tidak harus malu bertutur bahasa Indonesia logat daerah.
Dalam bertutur bahasa Inggris, kita juga tidak perlu malu bila tidak seperti penutur asli. Lihat saja di film-film hollywood yang pemerannya orang India, logat indianya sangat kental dan malah membuatnya menjadi sangat unik. Jadi, kita tidak perlu menutupi identitas kita dalam berbahasa Indonesia maupun bahasa asing.
Sebagai penutup, penyanyi terkenal Fatin Shidqia Lubis mengatakan tertawa saat mendengar tukang parkir berbahasa Indonesia logat Aceh saat tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar. Dari situ kita patut menilai bahwa setiap daerah menyimpan keunikan tersendiri yang tidak perlu kita tutup-tutupi.
Betul...tak perlu malu dengan aksen, toh dalam bahasa manapun tidak ada paksaan untuk aksen, artinya jika pun bisa itu bonus, dan jika tak mampu pun tidak dianggp kekurangan
Jika batak saja punya ciri khasnya...kenapa kita tidak...
Postingan yang bagus kawan