Mengecat Langit
07 Juni 2015, saat itu saya bersama seorang kawan sedang di Desa Lhok Gajah Kec. Sawang Kab. Aceh Utara. Mendapati satu keluarga dengan 2 anak dengan rumah yang tidak layak huni. Satu ruang dengan ukuran 3x3 meter dengan dinding dari pelepah rumbia. Kamar tidur orang tua, kamar tidur anak, dapur, ruang tamu, ruang keluarga, semua di lokasi yang sama.
Saat ini kami teringat dengan beberapa jenis kegiatan penggalangan dana yang dilakukan melalui media sosial. Misalnya; ice bucket challenge di Amerika, seseorang disiram pakai air es dan kemudian menyumbang untuk penelitian dan ‘I like Dangdut’ di Indonesia, menantang orang bergoyang dangdut dan kemudian menyumbang untuk pembangunan sekolah.
Kami meminta izin ke pemilik rumah untuk mempublikasikan rumahnya di Facebook dengan tujuan untuk menggalang dana pembangunan rumah.
Tantangan tersebut kami beri nama “1 like, 1 koment = 100.000.-“. Kami menantang para pengguna facebook untuk memberikan like atau komentar di postingan rumah tsb dan setiap memberikan 1 like atau 1 koment akan diartikan sebagai “saya akan menyumbang 100.000- untuk pembangunan rumah keluarga bapak Habibullah”.
Berbagai reaksi kami dapatkan; mulai dari yang surspise, tidak percaya, mencoba mengirimkan uang, berbagi status, merekomendasikan kawan untuk ikut menyumbang dsb. Singkat cerita; dalam waktu 3 hari terkumpul uang sekitar Rp. 13 juta dan dalam waktu 3 minggu terkumpul uang Rp. 37,5 juta.
Setiap penambahan sumbangan akan langsung dibelanjakan material pembangunan rumah dan daftar sumbangan serta laporan keuangan pembangunan rumah akan dipublikasi secara terbuka di wall. Semua kegiatan dijalankan secara sukarela oleh para sukarelawan.
Dalam waktu 2 bulan rumah tersebut selesai dengan baik. Rumah type 36 dengan konstruksi beton.
Berbekal sistem transparansi yang baik, Kepercayaan publik terus meningkat dan singkat cerita saat ini program tsb sudah membangun 43 rumah dan saat ini sedang pembangunan rumah ke-44.
Program kemudian meluas ke isu beasiswa, karena keberulan sekali kami mendapatkan di hampir semua rumah yang kami bangun, anak usia sekolah yang tinggal dirumah tsb dalam kondisi putus sekolah. Beasiswa 200.000.-/bulan/anak SMA, 175.000.-/anak SMP dan 150.000.-/anak SD.
Saat ini ada 223 anak yang sudah didukung oleh program ini yang kami beri nama Gerakan Mari Sekolah. Beasiswa plus pendampingan pendidikan oleh para relawan.
Setelah 2 tahun kami mendapatkan refleksi atas program ini dan mendapatkan kenyataan bahwa pembangunan rumah saja tidak menyelesaikan masalah kemiskinan. Perlu ada intervensi ekonomi agar penerima rumah bisa lepas dari jeratan kemiskinan. Refleksi atas kondisi ini kami meluncurkan program terbaru; “Super Store”. Berupa pemberian modal usaha untuk kepala rumah tangga perempuan agar bisa mendapatkan pendapatan memadai untuk mencukupi kebutuhan pokok dan menyekolahkan anak.
Alhamdulillah berkat dukungan kawan-kawan, program ini sudah mendukung 33 keluarga penerima dan akan terus bertambah ke penerima berikutnya.
Selain 3 program diatas, ada program pembangunan sekolah khusus untuk sekolah swasta di pedalaman dengan kondisi tidak layak. Saat ini sudah selesai pembangunan 1 sekolah, 1 sekolah sedang tahap finishing dan 1 sekolah lagi akan dibangun dalam waktu dekat.
Foto: MIS Al Kautsar, Aceh Tamiang dalam tahap finishing.
Foto kondisi MIS Al Kautsar sebelumnya.
Pasca 1,5 tahun berjalan, Seorang kawan berinisiatif memberikan nama untuk semua program yang dijalankan melalui media sosial tersebut dan kawan tersebur memberi nama dengan salah satu pameo dalam bahasa Aceh dengan nama “Cet Langet”, atau Mengecat Langit; Memberi warna atas sebuah harapan.
Program yang luar biasa ...
Chicken chow mein is my fav. Yours?
Bereh that
Luar biasa
Semoga Allah memudahkan rezeki dan segala urusanmu bg @fadhiledi. Hebat rasa sosialnya👌
Emang dron hana ubat bang.. Seb bereh kiraju.... Saleum...
Selalu muncul dengan kegiatan inspiratifnya. Sukses terus, Bang.
Semoga tetap semangat Bang,
Saleum Takzim....
Salam knal bang. Smga dimudahkan dalam smua urusannya
Lanjutkan