Menjadi Indonesia
Ngaji Dewaruci
Saben Selasa
Ing Pinggir Kali.
Sebagai manusia Indonesia, menjadi Indonesia adalah fardhu ain sesungguhnya. Bukan fardu kifayah apalagi Sunnah. Dan salah satu jalan untuk mengetahui diri kita sebagai Indonesia adalah dengan mengetahui kita terlahir dimana.
Indonesia ibarat rumah besar dengan banyak kamar-kamar. Ada kamar Jawa, kamar Sulawesi, kamar Sumatera, kamar Papua, kamar Sunda dengan dimensi seni-budaya, pernak-pernik religi dan tradisi kemasyarakatan yang dimilikinya masing-masing, dan seterusnya.
Dengan mengetahui dilahirkan di kamar sebelah manakah kita hadir di alam fana ini akan bisa mengantarkan kita menjadi manusia (Indonesia) yang sejati. "Man Arafah Nafsahu faqad Arafah Robbahu" pada dimensi mikronya adalah mengenali diri kita sebagai manusia bertitle hamba yang terlahir di negara mana dalam lingkup tradisi budaya seperti apa.
Kanjeng Nabi dawuh "Li anni Arabi" (saya orang Arab) sesungguhnya mengajarkan kepada kita bahwa ungkapan "dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung", adalah niscaya. Maka sebagai umatnya berbangga terhadap tanah kelahiran kita, saya Jawa dan saya Indonesia, saya Papua dan saya Indonesia, saya Sumatera dan saya Indonesia dan seterusnya merupakan ajaran Kanjeng Nabi.
Maka dari itu salah satu upaya untuk menjadi manusia (Indonesia) yang sejati bisa kita mulai lewat mengenali kamar-kamar kelahiran kita. Mengenali kamar-kamar itu bisa melalui ajaran ajaran dari para pemikir-pemikir terdahulu supaya kita tidak asing dengan rumah kita (Indonesia) dan kamar-kamar yang ada di dalamnya. Bukankah hari ini banyak orang-orang yang mulai pangling dengan rumah dan tak jarang lupa akan kamar kelahirannya, bukan?
Salah satu kamar yang akan coba kita selami dan dalami adalah kamar ke-Jawa-an. Sementara itu, dalam kamar Jawa tergores nama Kanjeng Suryomentaram yang memiliki konsepsi "Kaweruh Jiwa" sebagai mata air panguripan yang penting untuk kita pelajari dan amalkan. Maka sudah selayaknya bagi kita bertawasul kepadanya untuk merengkuh apa yang sejati itu. Kang Irfan Afifi, salah seorang pemikir muda Yogya yang konsen mendalami ajaran-ajaran Kanjeng Suryomentaram akan membabar konsepsi "Wiridan Suryomentaram" pada hari Selasa depan, bertempat di PP. Kaliopak.
Jangan lewatkan!!!
Kopi Hitam.