Takwa, Merefleksikan Kebahagiaan Hidup Yang Sejati

Assalamu’alaikum wr. wb.  

Apa kabar sahabat steemian ?.   

Semoga anda dalam keadaan sehat selalu……  

sumber

Hidup dalam kebahagiaan yang sejati adalah dambaan bagi setiap manusia. Siapa yang tidak ingin hidup bahagia? Kiranya, tak seorang pun yang tidak ingin hidupnya bahagia. Namun bagaimana kebahagiaan itu dapat kita raih? Milik siapa kebahagiaan itu sebenarnya? Apakah milik para Raja? Orang-orang yang kaya raya, atau seorang yang punya istri cantik jelita? Mungkin juga mereka merasakan bahagia dengan apa yang mereka miliki. Tetapi bisa juga sebaliknya, justru mereka bertambah menderita.  

Kebahagiaan bukan milik para raja, presiden, dan orang yang punya jabatan tinggi, atau orang yang punya beberapa pabrik dan deposito yang banyak. Kebahagian dapat dimiliki oleh siapa saja, baik para raja atau rakyat jelata, si kaya atu si miskin yang tak berpunya, yang berkulit putih ataun yang berkulit hitam, baik laki-laki maupun perempuan. Semuanya dapat merasakan kebahagiaan.  

sumber

Al-Qur’an telah banyak memberikan konsep untuk mencapai hidup bahagia dan beruntung, di antaranya firman Allah swt. dalam surat Al-Maidah ayat 35 yang artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah dijalan-Nya agar kalian mendapat keberuntungan”.  

Menurut ayat tersebut dapat di pahami bahwa kebahagiaan hidup yang sejati itu dapat diraih melalui empat hal, yaitu : Beriman, bertakwa kepada Allah swt., beramal saleh sebagai media untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihad di jalan Allah swt.  

Pertama : Iman  

Iman merupakan komitmen moral yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diaktualisasikan dalam tindakan. Iman merupakan landasan utama dalam islam yang meliputi Iman dan percaya dengan sepenuh hati kepada Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, utusan-Nya, hari kiamat dan takdir Allah yang baik maupun buruk. Perbuatan siapa pun tanpa didasari dengan iman akan sia-sia dan tidak akan memperoleh kebahagiaan di sisi Allah.  

sumber

Kedua : Takwa. 

Takwa kepada Allah swt., sebagaimana yang selalu dianjurkan dalam setiap ceramah agama, yaitu menjalankan semua peritah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ungkapan takwa memang mudah di ucapakan, namun dalam tataran pelaksanaannya terasa begitu berat membutuhkan kemauan keras yang didasarkan atas keimanan yang kuat dan benar. 

Mengenai menjalankan perintah Allah swt., berarti meliputi perintah wajib dan sunat, begitu pula menjauhi larangan yang haram atau yang makruh. Untuk menjadi insan yang bertakwa kita dituntut mengetahui hokum-hukum syari’at yang berkaitan dengan segi-segi kehidupan ini. Jangan sampai ada segi kewajiban yang semestinya harus kita lakukan, ternyata kita tidak melaksanakannya karena tidak tahu. Atau sebaliknya, ada segi yang seharusnya lita tinggalkan, tetapi justru kita malah menerjangnya karena tidak punya pengetahuan.

Di samping itu, kita juga dituntut untuk mengetahui hal-hal yang dapat merusak amal. Jangan sampai amal saleh yang kita kerjakan rusak sia-sia tanpa arti. Sebagaimana kita sedekah atau menolong orang lain dengan pamrih agar di puji orang. Berjuang dengan banyak pengorbanan hanya karena untuk meraih kedudukan dan jabatan duniawi. Dan perbuatan-perbuatan lainnya yang dapat mengundang murka Allah dan menimbulkan bahaya diri sendiri maupun orang lain.    

sumber

Ketiga : Amal saleh  

Amal saleh, yang dapat dijadikan sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allas swt. Antara iman dan amal saleh tidak dapat dipisahkan satu sama lain, bila menginginkan kehidupan yang damai dan sejahtera. Hanya Iman saja tanpa disertai dengan aksi nyata dalam bentuk amal saleh, belum cukup. Begitu pula beramal secara professional pun tanpa di dasari keimanan akan sia-sia bahkan mungkin akan menimbulkan bahaya. Karena amal saleh itulah menifestasi dan refleksi dari keimanan dan takwa yang dapat mengantarkan pada kehidupan yang damai dan sejahtera.  

Allah swt. berfirman : “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka telah kerjakan.” (QS. An Nahl : 97) 

Keempat : Berjihad fii sabilillah.   

Berjihad dan berjuang untuk menegakkan agama Allah di muka bumi. Allah swt. berjanji untuk memberikan petunjuk dan mengawal orang-orang yang benar-benar berjihad untuk mencari keridhaan-Nya. Allah swt berfirman : “ Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang berbuat baik.”  

sumber

Berjihad memiliki arti yang sangat luas, yang lebih popular berjihad diartikan sebagai bentuk peperangan dengan mengangkat senjata melawan orang-orang kafir di medan laga. Akan tetapi dalam arti yang lebih luas dapat diartikan segala macam bentuk perjuangan yang berorientasi penegakan agama Allah di muka bumi untuk mencari keridhaan Allah swt. semata, baik berupa amar ma’ruf nahi mungkar, membangun masjid, madrasah, dan lain sebagainya.  

Terjadinya ketidakadilan, kemaksiatan, kemungkaran mengharuskan kita sebagai kaum muslimin untuk berjihad dan melakukan perjuangan memberantas dengan menanamkan nilai-nilai agama dan koralitas yang tinggi sehingga terciptalah keadilan, kesejagteraan, dan kedamaian dalam kehidupan dibawah naungan ridha Allah swt.  

Demikian uraian singkat ini, mudah-mudahan ada hikmah dan manfaatnya.  

Wassalamualaikum wr.wb.  

Banda Aceh, 03 Mei 2018

@bismi