Bulan April, Afrika Selatan, dan Indonesia, Apa Hubungannya?

in #indonesia7 years ago

Apartheid di Afrika Selatan atau sistem yang jelas-jelas membedakan antara bangsa kulit putih sebagai penguasa dengan bangsa kulit berwarna (hitam) sebagai “orang bawahan”, bisa jadi sudah banyak yang mengetahuinya. Sistem yang beratus-ratus tahun membuat warga Afrika Selatan asli justru menjadi bawahan bagi bangsa kulit putih yang merupakan pendatang.

Memang, secara legal sistem apartheid ini bukanlah sudah beratus tahun, tetapi baru disahkan menjadi aturan dalam kehidupan politik dan pemerintahan di Afrika Selatan pada 1948. Namun jejak sejarah menunjukkan, jauh sebelum itu pemisahan antara golongan kulit putih dan kulit hitam telah ada sejak lama.

Sejak 1948, warga kulit hitam menjadi “orang bawahan” bangsa kulit putih. Barulah pada awal 1990-an, sistem itu dihapuskan melalui perjuangan bangsa kulit hitam yang antara lain dimotori oleh Nelson Mandela, seorang pejuang negara itu yang berkulit hitam. Mandela merupakan pahlawan nasional Afrika Selatan yang sempat mendekam di penjara karena aksi perlawanannya tersebut. Belakangan,Nelson Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan.

jan-van-riebeeck-kapstad-org.jpg
(Jan van Riebeeck. Foto: kapstad.org)

Soal apartheid ini menjadi menarik , karena bisa dikatakan diawali pada bulan April dan berakhir secara keseluruhan pada bulan April juga. Pada 6 April 1652 atau 366 tahun lalu, sebuah koloni bangsa kulit putih didirikan di Tanjung Colony oleh para pendatang dari Belanda yang dipimpin oleh Jan van Riebeeck.

Di antara sebagian masyarakat Afrika Selatan – terutama bangsa kulit putih – Jan van Riebeeck dianggap sebagai pendiri negara tersebut. Bahkan wajahnya sempat tampil pada sejumlah prangko dan mata uang kertas Afrika Selatan.

jan-van-riebeeck-pinterest-com.jpg
(Mata uang Afrika Selatan bergambar Jan van Riebeeck. Foto: pinterest.com)

Tanggal 6 April sempat dijadikan peringatan Hari van Riebeeck dan kemudian Hari Pendirian Afrika Selatan. Tetapi peringatan itu kemudian dihapuskan saat sistem apartheid benar-benar dihapuskan ketika Nelson Mandela menjadi Presiden negara itu.

Bila tanggal 6 April dianggap sebagai tanggal lahir Afrika Selatan oleh sebagian bangsa kulit putih, maka rakyat Afrika Selatan sendiri saat ini merayakan Hari Kemerdekaan mereka pada 27 April, masih sama-sama di bulan April. Tanggal itu dipilih karena pada 27 April 1994 merupakan tanggal pemilihan umum yang benar-benar merdeka di negeri itu, dan hasilnya Nelson Mandela terpilih sebagai presiden. Setiap 27 April dijadikan hari libur nasional di sana.

Di luar dua tanggal yang sama-sama dirayakan pada bulan April, ada hal menarik lainnya dari Jan van Riebeeck dan Nelson Mandela.Van Riebeeck pernah bertugas di Batavia (nama kota Jakarta di masa penjajahan Belanda) pada 1639, sebelum secara sukarela memimpin pasukan dan berlayar sehingga mencapai Tanjung Colony di Afrika Selatan. Sebuah pelayaran yang dimulai pada 1651, dan setahun sesudahnya berhasil didirikan koloni bangsa kulit putih di sana.

Belakangan, Jan van Riebeeck kembali ke Batavia dan meninggal dunia pada 1677. Anaknya, Abraham van Riebeeck kemudian menjadi Gubernur Jenderal Hindia-Belanda pada 1709 sampai 1713. Abraham van Riebeeck bertugas memimpin wilayah Hindia-Belanda (yang setelah Indonesia merdeka menjadi Republik Indonesia) dari kantornya yang sekarang dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta.

jan-van-riebeeck-arrived-in-south-africa.jpg
(Jan van Riebeeck mendarat di Tanjung Colony di Afrika Selatan. Foto: thejournalist.org.za)

Begitulah, Jan van Riebeeck yang dijuluki sebagai pendiri koloni kulit putih di Afrika Selatan dan hubungannya dengan Indonesia. Lalu bagaimana dengan Nelson Mandela? Ternyata beliau pun merasakan kedekatan dengan Indonesia. Hal itu diawali dengan kunjungan kenegaraan ke Indonesia untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada 1994.

nusantaranews.jpg
(Nelson Mandela berkemeja batik lengan panjang bersama Presiden Soeharto. Foto: nusantaranews.com)

Dalam acara yang diadakan di Istana Bogor, Jawa Barat, tiap-tiap kepala negara yang hadir diberi hadiah oleh Presiden Soeharto berupa kemeja batik sutera karya perancan batik kenamaan, Iwan Tirta. Mandela juga mendapatkannya, dan sama seperti kepala negara lainnya, mereka mengenakan kemeja batik itu sewaktu berfoto bersama di depan Istana Bogor.

Namun siapa sangka, Mandela benar-benar jatuh cinta pada batik. Sejak saat itu, hampir di setiap kesempatan – baik di Afrika Selatan maupun di luar negeri –Mandela sering terlihat menggunakan kemeja batik. Termasuk ketika sekali lagi, dalam kunjungan kenegaraan Mandela ke Indonesia pada 1997, ia pun tampil mengenakan batik lengan panjang.

Begitulah, bulan April ini sejarah mencatat hal-hal penting di Afrika Selatan, dan sangat kebetulan pula dua tokoh penting dalam sejarah itu, Jan van Riebeeck dan Nelson Mandela, sama-sama ada hubungan dan kaitannya dengan Indonesia.