Menjadi Perempuan, Tidak Cukup Hanya Dengan Cantik dan Pandai Selfie
Meski banyak yang menyebutkan bahwa perempuan adalah makhluk Tuhan yang lemah, nyatanya ia dituntut untuk menguasai banyak hal. Walau identik dengan pribadi yang lembut dan memperhatikan kecantikan, tapi menjadi perempuan tentu saja tidak hanya cukup dengan mengandalkan kecantikan. Jika hari ini perempuan hanya mengandalkan kecantikan sebagai simbol yang membanggakan dari keperempuanannya, maka lihatlah, banyak waria yang bahkan terlihat lebih cantik dari perempuan. Kulit mulus, badan semampai, rambut lurus. Sulit membedakan mana asli, mana yang imitasi.
Menjadi perempuan tentu tidak perlu menjelma sebagai makhluk Tuhan paling sexi seperti yang nyanyikan oleh Mulan Jameela. Ada banyak sisi menarik (poin of interet) lain yang bisa perempuan tonjolkan dibandingkan hanya mengandalkan kecantikan. Perempuan juga dituntut mempunyai skill, kecerdasan, dan kepribadian yang menawan. Cantik itu anugrah. Tetapi skill dan kecerdasan adalah suatu hal yang untuk mendapatkannya perlu dipelajari dan usaha keras. Ia tidak serta-merta hadir dalam satu paket ketika perempuan dilahirkan.
Wajah cantik memang memesona dan menawan banyak mata. Apalagi ditambah make up dan kamera yang membuat wajah cantik dalam sekejap dan membuat perempuan terlihat tanpa cacat. Wajah cantik pula yang kemudian membuat banyak orang mempunyai persepsi bahwa seseorang tersebut adalah baik. Cantik dan baik dianggap satu paket. Sedangkan wajah kurang menarik kerap dianggap tidak sebaik orang cantik. Padahal sifat baik tidak ditentukan oleh cantik. Nyatanya, banyak perempuan dengan tampilan sederhana juga mempunyai kepribadian yang menawan.
Bukankah kita sering mendengar kalimat bahwa cantik itu tidak hanya dari wajah, tapi juga dari hati? Istilah populernya inner beauty. Itu pula yang kemudian digaungkan dalam kontes-kontes kecantikan pemilihan perempuan sejagad: brain, beauty, behaviour (B3). Walau sebenarnya ini hanya alibi karena di balik itu semua, ada bisnis raksasa yang berdiri megah di belakangnya. Perempuan hanya dijadikan produk iklan yang dibungkus dengan tema kontes kecantikan. Terkait ini, nanti akan saya tulis tulisan khusus.
Di tengah zaman modern seperti ini, antara tuntutan domestik dan publik, perempuan tentu harus membagi peran dengan baik. Tidak hanya mengandalkan kecantikan, perempuan juga dituntut untuk cerdas dan mempunyai skill, baik di ranah akademik, sosial, memasak, berbisnis, dan lainnya. Mengingat banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi, maka menjadi perempuan tentu saja tidak hanya cukup dengan pandai selfie lalu upload foto diri saban hari di media sosial. Karena perempuan tidak dinilai menjadi berkelas hanya karena pandai selfie, tapi juga skill dan kualitas diri.
Mari berbenah diri menjadi perempuan :)
dan sebentar lagi aku bakal ketemu sama perempuan kece ini.....mudah-mudahan bisa ketularan kecenya