Pertama Kali Travelling, Tidak Ikut Rombongan ke Singapura Akibat Paspor (Part 5)
Kami tiba di Kolej 12 Universiti Malaya pada pukul 20.00 waktu Malaysia. Rombongan kami sudah bersiap-siap untuk berangkat ke Singapura. Saat di dalam taksi menuju UM dari Mid Valley, Miss Yet menasehati saya agar tidak lalai lagi. Ini merupakan pelajaran berharga, kata beliau. Beliau juga menasehati saya agar jangan terlalu manja dengan orang tua.
Belajarlah dari si Maria, dia mandiri dan bisa mengurusi anak-anak yang lain. Akbar udah besar, seharusnya bisa membantunya!
Saya tidak bergeming. Di satu sisi, saya harus mengakui kesalahan. Di sisi yang lain, naluri dasar manusia memang ingin membela diri. Tapi sudahlah, ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk membela diri. Nasehat itupun kemudian tenggelam di bawah terangnya lampu jalan menuju Petaling Jaya. Pembahasan pun berlanjut antara Miss Yet dengan driver taksi yang rupanya punya girlfriend di kampus UM. Tapi katanya sudah putus.
Kita ni masih muda, nak pilih-pilih dulu laa
Miss Yet berjalan di depan saya menuju lift untuk naik ke lantai enam. Kami menyewa asrama pelajar UM di Kolej 12 sebagai penginapan. Setelah siap packing, rombongan turun ke kantin untuk makan malam sebelum menumpangi bus untuk menuju Mid Valley dan naik KTM Komuter ke KL Sentral. Mereka rencana akan menumpangi train untuk ke Singapura.
Saya bersama mama kemudian kembali ke asrama. Sambil berjalan kaki, beliau bercerita apa yang disampaikan Bu Des tadi pagi. Bu Des ikut membawa rombongan ketika saya pergi ke Putra Jaya. Miss Yet kesal dengan mama karena terlalu memanjakan saya. Namun, Bu Des menimpali.
Kau Yet belum merasakan bagaimana kasih sayang kepada anak, makanya kau gak tau.
Bu Des juga mempunyai seorang anak laki-laki yang ikut bersama rombongan kami. Tapi dia lebih awal kembali ke Indonesia. Malam itu saya pindah ke kamar mama. Di asrama lantai 6 itu, hanya kami berdua dan tiga orang dari Al-Jazair, temannya Bu Des.
Besok paginya, saya mengajukan ide untuk pergi ke Chow Kit, tempat banyak saudara dari Aceh tinggal. Mama menolak. Kakak melarang kami untuk pergi kemana-mana. Dia tidak mau lagi mengambil resiko. Namun saya tetap meyakinkan mama bahwa semua akan baik-baik saja. Akhirnya beliaupun setuju. Saya menelepon abang sepupu yang tinggal di Chow Kit dan dia memberikan cara bertukar transportasi di stasiun transit hingga sampai ke Chow Kit.
Setelah menutup handphone, kami yang saat itu sudah siap mandi, segera turun ke kantin untuk sarapan. Kami memesan dua gelas milo dingin. Mama sempat membuat bingung penjaga kantin ketika memesan minuman.
"Minumnya ncik?" tanya penjaga kantin
"Milo dingin" jawab mama
Penjaga tersebut berdiri lama memikirkan minuman pesanan mama. Akhirnya ada seorang yang meneriaki "Milo Ais". Saya kemudian ikut mengatakannya, iya "milo ais". Rupanya mereka tidak menyebutkan kata-kata dingin untuk minuman dengan tambahan es atau berada dalam kulkas. Milo ais disadur dari kata-kata "Milo Ice" dalam bahasa inggris.
Semalam, saya juga sempat mengalami hal yang lucu. Saya memesan nasi goreng kampung tanpa lauk apa-apa. ternyata malu bertanya tidak hanya sesat di jalan, tapi juga tidak dapat lauk makanan. Saya berdiri di antara mahasiswa/i yang memesan makanan di kantin Kolej 12, Universiti Malaysia. Agar kelihatan seperti mahasiswa dan tidak di anggap orang asing, saya menahan diri untuk bertanya. Saya melihat mahasiswa menulis orderan di sebuah kertas yang telah disediakan, kemudian menunggu pesanannya dibawakan. Saya juga mengikuti cara tersebut.
Setelah nasi goreng kampungnya selesai di masak, saya langsung membayar. Menaiki lift sendiri di antara mahasiswa di kampus nomor satu Malaysia ini membuat saya merasa bangga dan gengsi untuk bertanya tentang sesuatu. Saya ingin terlihat seperti mahasiswa UM.
Sampai ke dalam kamar saya membuka nasi goreng kampung tadi. Wah, rupanya benar-benar nasi goreng kampung tapi tanpa lauk apa-apa. Saya penasaran kenapa bisa begini. Jika di kampung saya memesan nasi goreng, pasti akan ada sepotong telur dadar atau mata sapi juga lauk seperti kerupuk dan lain-lain. Belakangan saya baru tahu jika kita ingin memesan nasi gorang kampung dengan lauknya, kita harus menulis "nasi goreng kampung + telur" atau yang lainnya.
Dari kantin, kami berjalan ke luar menuju halte di luar kampus UM untuk menunggu bus. Tujuan kami adalah KL Sentral. Dari KL Sentral kami akan naik monorel ke Chow Kit.
Bersambung
Kamu bisa baca kembali Part 1 , Part 2, Part 3, Part 4
Kamu bisa menelusuri Universiti Malaya dengan menggunakan
SteemitWorldMap
Saat tiba di Chow Kit, saya rupanya tidak membawa paspor pemulangan tersebut serta surat keterangan inzin tinggal
menyo long vote manteng tan meu guna :(
neu resteem mantong setelah neu baca
Lumayan nih, berhubung sedang (baru tiba) di Malaysia, jadi mini panduan travel. Haha. Jangan pulak awak pesan; bang teh dingin saboh! 😁
Satu hal lagi bang, jangan pernah pesan teh susu atau kopi susu (kecuali yg jualannya orang Aceh)
Karena bagi mereka susu itu payudara. pesan saja teh, itu artinya teh susu, jika ingin memesan teh saja berarti "teh O" , teh dingin - teh o ais. hehe
Haha. Siap. Makasih sarannya brader.
Pantesan kak Yett durjana ya bar...
Pergi ke chowkit lupa lagi bwa pspor...
haha, itu tidak ikut serta Kak Yett.
cakep nih tulisannya
Terima kasih, jangan lupa di baca juga part sebelumnya
Kaleuh resteem beh leh na efek.. Hahaha
Congratulations, Your Post Has Been Added To The Steemit Worldmap!
Author link: http://steemitworldmap.com?author=akbarrafs
Post link: http://steemitworldmap.com?post=pertama-kali-travelling-tidak-ikut-rombongan-ke-singapura-akibat-paspor-part-5
Want to have your post on the map too?