Pandanus War in Bali, The Unique Culture That Tourist Interesting (Bilingual)
Bali is a very popular tourist destination in the world. Countless how many tourists have been coming to this area since tens of years ago. All this due to the charm of Bali is so complex. The beautiful beaches, the friendly community and unique cultural heritage, seem to be a unified whole. Because of that, too, so everyone who ever comes to visit will always have a desire to return.
Previously I've written about one of the popular Bali culture in the middle of tourists, the Kecak Dance. And this time, I want to write about other Balinese culture that is not less interesting, that is pandanus war.
Pandanus war or in the middle of Balinese people called makere-kere is a cultural heritage that exist only in old Bali area in Tengganan village, Karangasem. This pandanus war is closely related to the belief of Tengganan villagers who follow Hindu Indra. They believe that their village is a gift from Lord Indra, the supreme deity in their belief.
Pandanus war itself is a celebration to commemorate the war between the god Indra with Maya Denata, a king who in ancient times known cruel and once led the reluctance. The war between the two was certainly won by Lord Indra, who was also known as the god of war.
This war ritual lasts for two consecutive days and is only held once a year. For this year, pandanus war will be held on 7 - 8 June 2018. In this war, which only includes male participants using prickly pandanus as a weapon and a shield made of woven rattan.
Uniquely this pandanus war has become an important agenda in Bali tourism calendar, especially in Karangasem regency. In addition, the other uniqueness is a puncture thorn from pandan leaves do not make the participants scream in pain. The wounds caused by thorns and blood that came out of the wound, immediately disappeared after being given a traditional medicine made from turmeric and vinegar.
For those of you who are curious to witness one of the cultural uniqueness of this Balinese people, immediately schedule your holiday in the first week of next June.
*INDONESIA*
Perang Pandan di Bali, Budaya Unik yang Diminati Turis
Bali merupakan destinasi wisata yang sangat populer di dunia. Tak terbilang berapa banyak sudah wisatawan yang datang ke daerah ini sejak puluhan tahun lalu. Semua ini karena pesona Bali memang demikian kompleks. Pantai yang indah, masyarakat yang ramah serta warisan budaya yang unik, seakan menjadi satu kesatuan yang utuh. Karena hal itu pula, sehingga setiap orang yang pernah datang berkunjung akan selalu punya hasrat untuk kembali.
Sebelumnya saya sudah pernah menulis tentang salah satu budaya bali yang sangat populer di tengah wisatawan, yaitu Tari Kecak. Dan kali ini, saya ingin menulis tentang kebudayaan Bali lainnya yang tidak kalah menarik, yaitu perang pandan.
Perang pandan atau di tengah masyarakat Bali biasa disebut makere-kere merupakan warisan budaya yang hanya ada di kawasan Bali tua di Desa Tengganan, Karangasem. Perang pandan ini erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Desa Tengganan yang menganut agama Hindu Indra. Mereka meyakini bahwa desa mereka merupakan hadiah dari Dewa Indra, dewa tertinggi dalam keyakinan mereka.
Perang pandan sendiri merupakan perayaan untuk mengenang perang antara Dewa Indra dengan Maya Denata, seorang raja yang pada jaman dahulu dikenal kejam dan pernah memimpin Tengganan. Perang antara keduanya tentu saja dimenangkan oleh Dewa Indra, yang juga dikenal sebagai dewa perang.
Ritual perang ini berlangsung selama dua hari berturut-turut dan hanya digelar setahun sekali. Untuk tahun ini, perang pandan akan digelar pada 7 - 8 Juni 2018. Dalam perang ini, yang hanya mengikutsertakan peserta laki-laki menggunakan pandan berduri sebagai senjata serta sebuah tameng yang dibuat dari anyaman rotan.
Uniknya perang pandan ini telah menjadi agenda penting dalam kalender pariwisata Bali, khususnya di Kabupaten Karangasem. Selain itu, keunikan lainnya adalah tusukan duri dari daun pandan tak membuat peserta menjerit kesakitan. Luka yang timbul akibat duri serta darah yang keluar dari luka tersebut, langsung hilang seketika setelah diberi obat tradisional yang terbuat dari ramuan kunyit dan cuka.
Bagi Anda yang penasaran ingin menyaksikan salah satu keunikan budaya masyarakat Bali ini, segera jadwalkan liburan Anda pada minggu pertama bulan Juni mendatang.
indonesia memang kaya akan budaya, thanks Bro...
The amazing your post,i like,good job brother,@aiqabrago upvote and reestem @love-peace
Hello brother!
Don't beg vote, I think do the best thing only.
Bali memang masyarakatnya tetap mengutamakan tradisi yang turun temurun, dan tidak terpengaruh dengan budaya baik wisatawan domistik maupun macan negara, saya sudah pernah ke pulau dewata !
lage bulek kesasar tgk @muhammadbasyir oeh menan...hehhe
Hebatnya masyarakat Bali; padahal setiap saat begitu banyaknya turis dari manca negara keluar masuk, namun tidak merubah tatanan yang ada. Bahkan budaya menjadi icon wisata.
Nice post @aiqabrago
Please follow @muliamalhaddad and @rafi96
Vote/upvote :)
Warisan budaya yang sangat unik yang membuat wisatawan tercengang. Ingin rasanya menyaksikan secara langsung. Terima kasih telah berbagi @aiqabrago.
Excellent, a world full of cultures, traditions and memories of war and peace of the past.
Wah, jadi pingin kebali ni.
Budaya indonesia yang unik, dan ini menjadi kebanggaan bangsa kita.
Seb bereh bang, harus tajak nyan....
Hehheh
Semoga SBD cukup untuk kesana.
cool - its interesting