Review Acehnologi (III : Jejak Budaya Aceh)
Budaya merupakan hasil pemikiran manusia yang di peraktikkan di dalam kehidupan mereka, menurut ilmu Antropologi “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri sendiri dengan beajar. Budaya merupakan makna yang muncul dari bentuk dan isi, sedangkan agama merupakan makna yang bersatu dalam bentuk dan isi budaya. Jadi, memang sulit bagi kita untuk memisahkan mana budayayang kita alami sehari-hari, sebab telah bercampur dengan agama yang kita anut.
Ada teori yang menyebut bahwa Islam datang ke Aceh langsung di bawa dari Arab. Di samping itu, orang Aceh juga sering memberikan definisi terhadap kata ACEH dengan dimulainya kata A yang dipahami Arab, C sebagai cina, E sebagai Eropa, dan H dengan Hindia. Agaknya, kata Aceh terkandung empat kebudayaan besar dunia yang telah mengalami proses blenderisasi selama ratusan tahun. Namun demikian ada persoalan yang sangat krusial yaitu bagaimana kita memahami keberadaan budaya Aceh yang ternyata telah terjadi proses penyatuan berbagai budaya besar di dunia ini, namun budaya Aceh sendiri tidak mampu bertahan sebagai piring peradaban bagi orang Aceh.
Karena itu di dalam membahas kebudayaan Aceh yang telah mengalami proses Arabisasi, maka harus menelaah bagaimana keberadaan Islam dalam arti sebuah produk kebudayaan bukan Islam sebagai produk teologi (aqidah). Sebagai sebuah produk kebudayaan, Islam yang sampai ke Aceh adalah hasil penalaran pemikiran kemanusiaan yang berasal dari timur tengah. Adapun pemikiran Islam dalam bentuk teologi adalah bersifat normatif-deduktif sebagaimana yang terdapat dalam Al Quran dan al Sunnah.
Dan pada bab ini mengetengahkan kontruksi pemahaman mengenai agama dan budaya. Setelah itu, akan di coba pantulkan pada situasi proses kontruksi kebudayaan Aceh yang sedikit banyak telah mengalami arabisasi.
Ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi mengenai bagaimana konteks kebudayaan Aceh. Pertama, untuk memahami kebudayaan Aceh maka perlu dilakaukan upaya dari prespektif ‘irfani’ yaitu apa yang dipikirkan oleh orang Aceh mengenai cara hidup mereka. Di dalam sejarah, kebudayaan Aceh memang tidak akan lepas dari hubungannya dengan timur tengah atau asia selatan, namun kontektika budaya Aceh masih bisa terus di cari. Kedua, untuk melhat bagaimana proses pengaruh Islam terhadap Aceh maka kita perlu melihat apa titik terakhir dari aspek Islam yang berhenti di Aceh. Ketiga, untuk meihat dunia Aceh maka peru dilakukan adalah bagaimana Aceh mempersiapkan diri mereka dari bagian kosmologi. Artinya, bagaimana orang Aceh mendeifinisikan keberadaan mereka sebagai bagian dari alam semesa serta aturan aturan apa saja yang mereka gunakan selama ratusan tahun untuk mempertahankan hubungan tersebut. Keempat, adanya pergeseran makna dan prilaku budaya di kalangan orang Aceh . dari kajian ini budaya sebagai bagian dari sistem berpikir masih belum begitu mengemuka di bandingkan dengan budaya yang berisi simbol dan juga teks. Sehingga budaya yang berawal dari sistem berpikir ini telh kalah dengan prilaku yang lebih mengedepankan hal-hal yang bersifat simbolik. Disini maka perlu dilihat pemikiran darimana yag telah meletakkan sistem berpikir orang Aceh di dalam membangun budaya mereka, dengan begitu kita akan sampai pada satu pemahaman bahwa budaya tidak hanya harus di cari keasliannya tetapi juga perlu dicari bentuk dari sistem berfikir, sehingga jika budaya Aceh terkikis, mka tentu saja itu juga bermula dari sistem berfikir yang telah menegasikan budaya di dalam kehdupan kita.