Review Acehnologi (II:19 Sastra Aceh)
Berbicara tentang sastra Aceh saya jadi teringat ada salah satu sastrawan Aceh yang sangat familiar saya dengar dan banyak di bicarakan di lingkungan keluarga saya, beliau adalah sastrawan Aceh yang bernama Prof. Ali Hasjmy dan yang saya ketahui beliau bukan hanya seorang sastrawan tetapi juga pernah menjabat sebagai Gebernur Aceh, beliau juga di anggap sebagai sejarawan, ulama, dan tokoh daerah Aceh. Sebenarnya jika keluarga saya tidak membicarakan beliau mungkin sampai sekarang saya hanya mengetahui beliau sebagai Gebernur Aceh bukan seorang sastrawan. Memang cukup memalukan, sebagai anak Aceh saya hanya mengetahui satu satrawan Aceh saja dan karya-karya beliau pun saya tahu dari kakak perempuan saya yang menyukai sastra walaupun bidang yang ia jalani tidak berhubungan dengan sastra sama sekali, setidaknya dia lebih baik dari saya karena kecintaannya terhadap sastra dia lebih mengetahui dunia
sastra di bandingkan saya.
Ternyata ketidak tertarikan anak muda Aceh terhadap sastra di bahas juga dalam buku acehnologi volume dua pada halaman 634. Dikatakan bahwa, pengkajian tentang sastra Aceh tidak begitu di minati oleh Masyarakat Aceh padahal para peneliti asing, mulai dari zaman kolonial hingga kontenporer selalu memusatkan perhatian mereka pada karya-karya sastra Aceh. Mengapa peneliti asing tertarik dengan sastra Aceh? Karena hal ini di sebabkan jiwa orang Aceh telah di tanamkan dalam karya-karya sastra, karena itu siapa pun yang ingin memahami dan mendalami jiwa orang Aceh maka mau tidak mau harus menekuni karya sastranya. Lalu mengapa masyarakat Aceh sendiri tidak terlalu tertarik terhadap sastra Aceh? Pada halaman 636 di katakan karena perlahan tapi pasti, gerak seni sastra Aceh mulai redup. Cerita dongeng di ganti oleh sinetron, seni gerak di ganti dengan key board, seudati hanya diminati oleh kalangan tertentu, dan meurukoh menjadi asing bagi masyarakat saat ini. Tetapi walaupun begitu ekspresi kesenian orang Aceh masih di perhitungkan di level nasional dan Internasional Festival seni atau pekan kebudayaan di Aceh mulai di gaungkan, sejak berakhirnya perang antara GAM dengan pemerintah Indonesia. Kondisi ini memperlihatkan bahwa masyarakat Aceh sebagai masyarakat seni yang memiliki jiwa sastra yang tinggi secara perlahan mulai bangkit lagi.
Proses ketenggelaman perhatian terhadap sastra Aceh memang mengikuti masa dan zaman, khususnya karena Aceh selalu dilanda dengan perang dan konflik antara sesama orang Aceh (perang cumbok). Ketika Aceh berada pada masa kegemilangan, karya sastra Aceh cenderung menampilkan bagaimana kemegahan dan kejayaan pemerintahan kesultanan Aceh. dengan kata lain, untuk memiliki kembali bagaimana wajah Aceh dalam setiap lintasan sejarah karya sastra akan menjawab sekian rasa ingin tahu kita. Sastra merupakan ekspresi kebatinan seseorang yang kemudian di tampilkan dalam bahasa-bahasa simbolik, yang sangat mendalam maknanya. Upaya untuk memahami karya sastra tentu saja melibatkan pemahaman pada ilmu-ilmu bantu lainnya sebab, dalam pendalaman sastrawan di situ ada pengalaman ruhani atau pengalaman batin.
Mungkin di antara pembaca ada yang bertanya lalu apa hubungan nya buku Acehnologi membahas tentang sastra Aceh? Ternyata untuk membangun Acehnologi tanpa melibatkan sastra sama saja dengan membangun rumah tanpa fondasi. Dengan kata lain tanpa memperhatikan sastra Aceh, Acehnologi tidak memiliki akar cukup kuat dalam studi ke-Aceh-an. Sebab pemikiran para endatu lebih banyak di sajikan dalam bentuk karya sastra, beberapa simbol dan sampul pemikiran Aceh yang sangat otentik dapat di temukan dalam karya-karya sastrawan Aceh. Sastra Aceh memberikan arah jarum jam bagi sistem nilai di dalam masyarakt Aceh. Maksudnya, detak dan detik kehidupan masyarakat Aceh sangat di tentukan oleh peran sistem nilai yang sudah tertanam dalam hadih maja. Karena itu, untuk memahami cara pandang orang Aceh salah satu instrumen penting adalah memahami hadih maja dengan demikian sastra Aceh begitu penting di dalam pengembangan identitas ke-Aceh-an menjadi sangat sentral di kalangan Acehnologi. Hadih maja sendiri sebenarnya merupakan representasi kristalisasi nilai-nilai sosial budaya orang Aceh yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan, yang dalam hal ini adalah agama Islam.
Karya sastra orang Aceh mampu menghubungkan sistem perpikir dalam sistem kebatinan orang Aceh. Hal ini di sebabkan, hampir semua peristiwa di Aceh selalu direkam dalam bentuk karya sastra. Uniknya, karya sastra di Aceh selalu muncul ketika Aceh sedang bergejolak. Dengan kata lain, sastrawan Aceh muncul di dalam keadaan peperangan bahkan karya sastra merupakan respon orang Aceh terhadap situasi yang diamati pada saat sang maestro hidup. Karena itu, gejolak dan ilham yang dimiliki oleh para pengarang Aceh mencoba merangkai kata, supaya situasi batin pembaca, mengikuti apa yang dikehendaki sebagaimana dilukiskan dalam karya sastra tersebut. Dapat di pahami bahwa sastra bagi orang Aceh merupakan cara untuk membangkitkan kesadaran, yang menghubungkan imajinasi sosial dan imajinasi kebatinan. Fungsi sastra di dalam imajinasi sosial merupakan bagian dari ingatan kolektif terhadap suatu peristiwa yang di alami oleh masyarakat tertentu. Ingatan kolektif itulah yang kemudian di rangkai menjadi suatu karya sastra, supaya para penikmat pada masa sebelum dan sesudahnya, mampu tidak hanya mengingat, tetapi juga meresapi setiap pesan dibalik sekian untaian yang di hasilkan oleh seorang sastrawan. Imajinasi sosial ini kemudian terhubung dengan imajinasi kebatinan dimana peranan mistik sangat memainkan peran penting di dalam kehidupan rakyat Aceh. Proses penggabungan kedua imajinasi ini kemudian mempu melekatkan fungsi sastra tidak hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai amunisi di dalam peperangan melawan penjajah.
Congratulations @afnanbasith! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
Award for the number of upvotes
Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP