Menjauhi Debat Kusir

in #indonesia7 years ago
Debat kusir merupakan salah satu penyakit kita yang sulit dihilangkan. Diskusi yang seharusnya menjadi menjadi sarana transformasi ilmu malah menjadi arena debat yang tak tentu arah alias tak ada isinya atau sekedar ramai-ramai saja tetapi tak menyimpulkan apapun. Bisa jadi karena topik perdebatan yang kemudian melebar dan tidak jelas kemana arah dan ujung pangkalnya. Bisa jadi juga karena argumen yang diperdebatkan hanya 'asbun' alias asal bunyi dan tidak bisa dipertanggung jawabkan.
Contoh yang sering kita saksikan adalah seperti debat yang terjadi di berbagai media sosial akhir-akhir ini. Mulai dari Facebook sampai perang komentar di Twitter yang bisa lebih menarik dan lebih panjang dari artikel itu sendiri. Biasanya bentuk perdebatan seperti ini tidak akan pernah berujung. Yang tadinya membicarakan kucing, bisa tiba-tiba membicarakan musang.

image
Source


Debat kusir hampir sama dengan debat di pinggir jalan, dimana masing-masing pembicara ingin menang sendiri dan membawa kebenarannya sendiri. Debat kusir seperti benang kusut, bisa muncul begitu saja. Kalau sudah ngomong dan mengeluarkan unek-unek ya sudah lega. Syujur-syujur tidak menjadi masalah, lalu selesai.

Fenomena yang terjadi di banyak media sosial, dimana orang membawa kebenarannya masing-masing, lebih berbahaya dari pada debat kusir itu sendiri. Orang merasa apa yang ia sampaikan dan pilihan yang ia pilih adalah yang paling benar. Jadi konteksnya sudah bukan debat lagi melainkan memaksakan kehendak. Di sini debat kusir hadir menampilkan sesuatu yang sedang hangat di masyarakat. Namun sebagai TV-media resmi- yang ditonton masyarakat, tentu saja debat kusir ada solusinya, ada kesimpulannya dan orang memahami perdebatan itu.


image
Source


Antara diskusi dan debat kusir sebenarnya sangat tipis bedanya. Sama halnya menyamakan persepsi di antara egoisme pribadi. Ada kecenderungan yang positif dari sebuah diskusi yang mencari sebuah solusi dari persoalan yang dibahas. Memang betul, diskusi tidaklah harus untuk menyamakan persepsi, tapi minimal mau berlapang dada menghargai pendapat orang lain. Sementara debat kusir, lebih cenderung mempertahankan pendapat masing-masing dengan menonjolkan ego pribadi dengan tujuan memperoleh sebuah pengakuan bahwa dirinyalah yang paling hebat dan paling berwawasan luas.

Seringkali kita melihat dan menyaksikan sebuah perdebatan, baik di forum resmi maupun di postingan penulisan, masing-masing beranggapan sedang berdiskusi. Tetapi bagi yang menyaksikan lebih merasakan perdebatan tersebut hanyalah debat kusir. Sehingga apa yang diperbincangkan tidak menambah wawasan, baik bagi mereka yang berdebat, maupun yang turut menyaksikan. Karena apa yang dibahas hanya berputar-putar di situ-situ saja bak anjing yang mengejar ekornya sendiri. Perdebatan itu tidak sama sekali mencerahkan dan tidak jarang pula dalam sebuah perdebatan seorang pribadi menyerang pribadi lainnya sehingga jauh dari substansi pembahasan.


image
Source


Biasanya perdebatan seperti ini akan terhenti jika di dalam perdebatan tersebut muncul seseorang yang betul-betul memiliki wawasan yang luas dan menguasai persoalan yang diperdebatkan. Namun tidak serta merta yang tidak memiliki wawasan cukup pun mau menghentikan perdebatan. Bisa jadi pembahasan menjadi tidak substansial dan dialihkan ke persoalan lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang sedang dibahas.

image
Source


Yang sering menjadi perdebatan pada umumnya adalah persoalan agama dan keyakinan. Padahal jelas-jelas bahwa agama itu sangat bersifat personal. Agama adalah sesuatu yang harus diyakini dan menjadi anutan bagi setiap warga negara Indonesia. Jadi jika seandainya ada seseorang yang tidak meyakini apa yang dianut orang lain, untuk apa diperdebatkan. Karena itu adalah hak individu yang berangkat dari keyakinan masing-masing. Sekiranya perlu didiskusikan, tidaklah dilakukan di dalam forum resmi. Cukuplah dibicarakan secara personal agar tidak memancing debat kusir yang berkepanjangan.