Cerpen : SAPU LIDI IBUKU
LIDI-LIDI itu beterbangan ke arahku. Seperti gerakan Keanu Reeves menghindari muntahan peluru dalam film The Matrix, aku bergerak menghindari lidi tersebut. Sayangnya gerakanku tidak secepat Keanu sehingga tetap banyak lidi yang telak mengenai diriku. Mukaku juga tidak mendapat ampun dari lemparan lidi yang berasal dari sapu lidi tersebut. Perih kurasa saat mataku keculek salah satu lidi. Akhirnya aku memutuskan untuk melarikan diri dari serangan tanpa ampun tersebut.
“WOI... jangan kabur kamu!” teriakan itu aku dengar sesaat setelah aku melewati pintu rumah.
Aku berlari-lari tanpa arah tujuan. Tikungan pertama aku nyaris menginjak ayam tetangga. Untungnya ayam tersebut mempunyai indra ayam dan sempat terbang tidak jelas. Aku masih berlari saat teman masa kecilku yang sekarang berjualan siomay menyapaku. Dalam pelarian tersebut aku merasa malu pada diriku sendiri. Dalam usia 24 tahun aku masih belum wisuda. Langkahku terhenti saat di tikungan yang lain tiba-tiba di depanku ada mobil terparkir.
“BRAAK! Ngiung...ngiung...ngiung...” aku menabrak mobil dengan keras sehingga membuat alarm mobil tersebut berbunyi nyaring.
“Mobil sialan, untung parkir kamu, kalau sedang jalan bisa mati aku.” umpatku dan kemudian berlari lagi saat kulihat pemilik mobil lari-lari keluar dari rumah dan terlihat marah saat melihatku.
Kurasakan kakiku mulai kehabisan kekuatannya, sudah mau patah mungkin. Aku bukan pelari profesional. Bahkan, sudah lama aku tidak berolahraga. Nafasku terengah-engah saat akhirnya kuputuskan untuk beristirahat di pos satpam. Kulihat di samping pos satpam tersebut tersandar sebuah sapu ijuk. Aku jadi teringat kejadian itu lagi.
Ah. Haruskah aku berlari lagi hingga sampai ke pantai, seperti @senja.jingga itu?
Bisa lebih grooonnn tulisan ini, dek Dhoooolll. Tetap putus asa jangan semangat seperti larinya @senja.jingga dari kenyataan...😂😂