Dunia semakin terbalik

in WhereIN4 hours ago

Waktu kami bertugas di Sabang ada seorang pejabat sering datang ke rumah dinas karena tugasnya.

Sering berkomunikasi dengan kami, dan sehari-hari banyak cerita dengan istri tentang berbagai hal.

Beberapa bulan kemudian, kami merencanakan mutasi. Oleh pak Wakil, Sekda dan pejabat terkait dibuat perencanaan daftar pejabat yang akan menerima tour of duty. Rupanya suami ibu itu direncanakan akan dipindah tugas ke tempat lain, yang lebih sesuai dengan bidangnya.

Karena mendengar kabar angin bahwa suaminya akan dipindah, dia berkeluh-kesah kepada istri saya.

Di malam hari, beberapa saat sebelum tidur, istri bertanya, apakah akan ada mutasi dalam waktu dekat. Saya mengiyakan. Istri kemudian berkata, “Tadi ibu fulan datang dan bercerita, kasian suaminya akan dipindah”.

Dengan penuh senyum saya sampaikan, “ini urusan kantor, saya yang walikota, bukan ummi anak-anak”. Hehe. Istri langsung mengerti bahwa saya tidak suka urusan kantor dicampuri.

Demikianlah, sewaktu kami bertugas, istri, adik atau abang, paman, mertua, dan semua kerabat, tidak kami beri ruang untuk mempengaruhi kebijakan.

Hanya ada masukan-masukan yang datang dari tokoh masyarakat dan pejabat terkait, sering kami mengakomodir asal sesuai dengan ketentuan.

Kini saya sering termenung melihat dunia. Ada praktik korup dilihat orang ramai sebagai hal biasa. Nepotisme dan kronisme yang harus dijauhi, sekarang menjadi hal yang normal.

Si A menjadi presiden, walikota, bupati, atau pejabat lainnya, orang mesti sowan kepada adik, abang, keponakan, paman, istri, suami atau kerabatnya yang lain.

Dunia semakin terbalik.

WhereIn Android