The Warmth of Love in a Plate of Omelette and Indomie Noodles
Malam itu, tak ada aroma masakan mewah memenuhi rumah. Tak ada denting sendok di piring restoran atau gelas anggur yang bersulang. Hanya kehangatan rumah sederhana, suara anak kecil yang tertawa, dan wangi khas mie Indomie yang baru matang dari panci kecil di dapur.
Saya pulang agak larut, lelah setelah seharian bekerja. Di ruang tamu, anak saya yang masih balita berlari menyambut saya sambil membawa piring, wajahnya cerita seakan menebus semua letih. Istri saya muncul dari dapur dengan celemek sederhana, rambutnya diikat seadanya, senyum lembutnya seperti cahaya yang menenangkan malam saya.
" Ayah, kita makan malam dulu yu!" Seru Anak gadisku.
Dia atas lantai yang sudah di gelar tikar, tak ada menu mewah. Hanya sepiring nasi putih yang hangat, telur dadar yang aromanya menggoda, digoreng garing di pinggir dan tetap lembut di tengah, dan satu mangkuk mie Indomie buatan istri, lengkap dengan potongan cabai rawit, dan sedikit telur kocok yang dimasukkan kedalam kuahnya.
" Maaf ya Sayang, hari ini cuma masak yang sederhana," ucap istri sambil menyodorkan sendok.
Saya tersenyum, " Ini makanan terenak di dunia."
Kami duduk, anak kam8 masih belajar memegang sendok sendiri, terkadang tumpah, kadang tertawa sendiri melihat bentuk mie yang ia anggap sebagai rambut keriting. Kami tertawa bersamanya. Di tengah kesederhanaan itu, saya merasa kaya.
Obrolan ringan mengalir sambil makan, tentang hari yang kami lewati, hal lucu yang anak kami lakukan, rencana kecil akhir pekan nanti. Tak ada gangguan apa-apa. Hanya kami bertiga berbagi makanan dan tawa.
Di tengah makan, saya terdiam sejenak. Mengamati wajah istri yang tampak lelah tapi bahagia, dan anak kami yang kini mulai mengantuk di samping, masih menggenggam sepotong telur. Saya teringat, bahwa kebahagiaan itu ternyata sesederhana ini. Tak perlu steak mahal, tak harus di restoran bintang lima. Kadang, yang kita butuhkan hanyalah nasi hangat, telur dadar buatan orang yang kita cintai, dan mie Instan yang disajikan penuh kasih.
Malam itu, makanan kami mungkin sederhana. Tapi rasa syukurnya mewah. Kehangatan yang kami ciptakan di ruang tamu kecil itu, di rumah kecil kami, jauh lebih berharga dari apapun. Di balik setiap gigitan mie dan telur, ada cinta yang tak kasat mata tapi sangat terasa.
Dan saat anak kami tertidur di samping saya setelah makan, saya tahu, inilah arti rumah. Inilah arti pulang. Inilah makan malam yang akan selalu saya kenang, bukan karena menunya, tapi karena dengan siapa saya menyantapnya.
Hello traveler! 👋🏼
Thanks for sharing your post in the TS Community. Here you are the feedback and evaluation results:
~ Join the Discord server + Telegram group and have a happy day.👍🏼
Curated by @benoitblanc
You have been supported by the team:
Curated by: @dove11