Sepi yang Berbisik di Klinik Meutuah
Sudah hampir seminggu Wawak terbaring di ruang perawatan Klinik Meutuah, simpang Rangkaya. Ruangan itu sunyi, hanya sesekali diisi suara medis dan langkah kaki perawat. Saya datang bersama istri malam itu, membawabuah tangan sederhana dan segenap harapan agar kondisi Wawak membaik, meski hati kecil kami tahu. Mungkin harapan itu terlalu muluk bagi usia Wawak yang sudah terlalu renta.
Wajah Wawak tampak tenang, seolah tidur lelap. Namun garis-garis di wajahnya, rambut yang sudah seluruhnya memutih, serta tangan yang dingin saat saya sentuh, mengingatkan saya bahwa waktu sedang menulis akhir cerita. Ia tak banyak bergerak, hanya matanya kadang terbuka sedikit, lalu menutup kembali. Tak ada keluhan keluar dari bibirnya, entah karena lelah atau memang ia sudah pasrah.
Istri saya duduk di bawah ranjang sambil melihat wawak, saya melihat cara ia menatap wawak, dengan iba dan hormat, meski tak terlalu lama mereka saling kenal. Ada sesuatu yang tulus dari perempuan yang memilih menemani suaminya menjenguk keluarga yang mungkin baginya asing dan justru ketulusan seperti itu sering membuat saya diam-diam bersyukur memilikinya.
Suster masuk sesaat kemudian, memeriksa tekanan darah, menyuntik obat, lalu keluar dengan tenang. Tak ada kabar baik maupun buruk. Hanya kepastian bahwa semuanya masih sama. Stagnan, kami duduk lebih lama dari biasanya, mungkin karena waktu tak bisa ditebak. Wawak pernah menjadi sosok yang cerewet dan jenaka saat kami kecil, selalu punya cerita, selalu punya camilan. Kini semua itu tinggal kenangan yang menggantung di udara ruang perawatan yang hening.
Saya menggenggam tangan wawak lebih erat, membisikkan doa yang tak panjang. Dalam hati saya tahu, mungkin wawak tidak akan pulih seperti sedia kala. Mungkin tubuhnya sudah lelah, dan jiwa yang dulu ceria itu tengah bersiap berpulang. Tapi bagaimanapun, kami datang bukan hanya untuk menjenguk, tapi untuk memberi hormat terakhir pada cinta dan kenangan masa lalu.
Saat kami pamit pulang, wawak tak menyahut. Tapi saya suka membayangkan bahwa meski tubuhnya tak memberi reaksi, ia tahu kami ada dinginnya ruangan klinik, masih ada yang datang membawa cinta, mengenangnya dan tak lupa menyebut namanya dalam doa.
Semoga Allah angkat segala penyakit dan diberi kesembuhan 🤲
Amin...
Terima kasih atas doanya teman
🫡
Semoga Allah SWT memberikan kesembuhan seperti sediakala.
Amin....
Terima kasih kakak
Thank you
Semoga cepat sembuh dan di angkat segala jenis penyakitnya dengan kembalinya aktivitas wawak di hari-hari seperti biasanya...
Amin... Terima kasih brow