Pembagian garap tanah desa
Malam itu, udara terasa lebih sejuk dari biasanya. Langit gelap dihiasi bintang-bintang kecil yang tersembunyi di balik awan tipis. Selesai shalat isya, warga desa mulai berdatangan menuju balai desa. Malam itu bukan malam biasa, ini adalah malam rapat pembagian garap tanah desa, acara tahunan yang dinantikan oleh seluruh warga yang menggantungkan hidup dari hasil bertani.
Balai desa yang biasanya sepi di malam hari kini penuh dengan suara percakapan. Warga dari berbagai dusun datang membawa harapan masing-masing. Beberapa datang dengan keluarga, sementara yang lain datang sendiri, membawa catatan kecil berisi luas lahan yang mereka inginkan atau butuhkan.
Tepat pukul 19:50, rapat dibuka oleh sekretaris desa M.yusli yang malam itu tampil sederhana namun penuh wibawa. Ia berdiri di depan mimbar dengan membaca aturan garap tanah tersebut. Suaranya lantang namun tenang, membawa suasana menjadi khidmat.
" Terima kasih kepada seluruh warga yang telah hadir malam ini. Kita berkumpul untuk menyepakati pembagian garap tanah desa tahun ini, agar adil, merata dan membawa keberkahan bagi kita semua, ujarnya membuka rapat.
Rapat berlangsung hangat namun serius. Satu persatu nama disebut dan luas lahan yang akan digarap diumumkan. Sistem pembagian yang digunakan adalah sistem rotasi agar semua warga kebagian secara bergiliran dari tahun ke tahun. M.yusli juga memberi ruang bagi warga yang ingin menyampaikan usulan atau keberatan.
Beberapa warga mengangkat tangan, menyampaikan permohonan tambahan lahan karena anggota keluarganya bertambah. Ada juga yang meminta agar lahannya digeser karena dekat dengan sumber air yang mengering. Semua usulan ditanggapi dengan kepala dingin, dibahas bersama-sama hingga ditemukan jalan tengah.
Yang menarik, suasana tetap kondusif. Tidak ada teriakan atau perselisihan. Justru, saling pengertian dan gotong royong terlihat jelas di antara warga. Bahkan, beberapa pemuda desa hadir ikut mencatat hasil rapat untuk didokumentasikan dan dibagikan lewat grup WhatsApp desa, agar yang tidak hadir tetap mendapatkan informasi.
Menjelang pukul 10 malam, rapat berakhir dengan kesepakatan bersama. M.yusli menutup rapat dengan doa agar musim tanam mendatang membawa hasil yang melimpah. Warga pun pulang dengan wajah puas, membawa harapan baru di pundak mereka.
Malam itu, bukan hanya tentang membagi tanah, tapi juga membagi kepercayaan, semangat gotong royong dan harapan untuk masa depan desa yang lebih baik. Sebuah malam musyawarah yang memperkuat ikatan antar warga di bawah langit desa yang damai.
