Jajanan di Simpang Rangkaya

Hari ini, saya memutuskan mengajak anak gadis saya jalan-jalan sore. Ia sudah lama merengek ingin jajan es krim dan kebetulan seorang teman saya baru membuka kedai jajanan kecil di simpang Rangkaya. Cuaca cerah dan langit biru membuat sore itu terasa sangat pas untuk sebuah petualangan kecil.

Begitu kami sampai di kedai, mata anakku langsung berbinar. Kedai itu memang mungil, tapi penuh warna dan aroma menggoda dari berbagai jenis jajanan. Ada keripik, permen, puding, roti isi dan tentu saja berbagai pilihan es krim yang menggiurkan. Teman saya menyambut kami dengan ramahdan mempersilahkan anakku memilih jajanan sesuka hati.

Awalnya saya pikir dia akan mengambil satu atau dua camilan. Tapi rupanya, matanya lebih besar dari perutnya. Dalam hitungan menit, tangannya sudah penuh dengan berbagai jenis jajanan. Ia mengambil dua es krim stroberi, sebungkus keripik pedas, sebatang cokelat kacang dan beberapa permen warna-warni. Saya hanya tertawa kecil melihat semangatnya.

" Ayah, boleh ambil ini juga?" Tanyanya sambil menikmati es krim.

Saya mengangguk, walau dalam hati mulai menghitung-hitung. Setelah semua dikumpulkan dan dibawa ke kasir, teman saya menimbang dan menghitung total harganya.

"Lima puluh ribu, ya, katanya sambil tersenyum.

Saya mengeluarkan dompet dan menyerahkan selembar lima puluh ribuan. Tidak murah untuk ukuran jajan sore, tapi melihat wajah anakku yang penuh tawa, rasanya setiap rupiah terbayar lunas oleh kebahagiaannya.

Sore itu saya belajar lagi, bahwa kadang kebahagiaan anak datang dari hal-hal sederhana: es krim yang meleleh di tangan, senyum lengket di pipi, dan momen kecil yang tak akan bisa diulang. Kedai di simpang Rangkaya itu mungkin biasa saja bagi sebagian orang, tapi bagi saya dan anakku, tempat itu Sekarang punya cerita sendiri. Cerita tentang rasa manis, tawa kecil dan cinta seorang ayah.