Bakso Iga Gatok at Parang 9: The Warmth of Lunch with My Little Family
Malam itu, langit di parang 9 begitu bersahabat. Angin sejuk berhembus pelan, mengusap pipi kami saat tiba di warung Bakso Gatok, salah satu tempat makan yang mulai terkenal di kawasan ini. Letaknya tidak jauh dari Simpang Rangkaya, sederhana tapi ramai pengunjung. Kami datang bukan karena penasaran, tapi karena memang sedang ingin menikmati kehangatan semangkuk bakso iga legendaris, bersama orang-orang tercinta, istri dan dua putri kecil kami, Suci Mahera yang baru berusia 3 tahun dan adiknya, Cinta Amara yang baru berusia 7 bulan.
Kami duduk di meja dekat jendela, dimana semilir angin dan suara alam bisa masuk bebas. Tidak perlu melihat menu lama-lama, karena dari rumah kami sudah sepakat hanya ingin menikmati satu menu andalan. Bakso Iga. Kami hanya pesan satu porsi saja, karena Bakso iga terlalu besar untuk satu orang, kami juga pesan lemon tea dingin sebagai pelepas dahaga. Suasana hangat terasa begitu kental, bukan hanya karena makanan yang sedang kami tunggu, tapi juga karena momen kebersamaan ini terasa begitu langka dan berharga.
Suci duduk manis, matanya berbinar melihat semangkuk bakso besar dengan iga yang menjulang keluar dari kuahnya yang bening. "Ayah, itu dagingnya besar banget" katanya sambil tertawa kecil. Kami semua ikut tertawa, sementara Cinta menggoyang-goyangkan kakinya di stroller menatap kakaknya yang heboh.
Ketika bakso iga itu akhirnya tiba di meja kami, aroma sedapnya langsung menguar. Kuahnya harum, kaldunya pekat, dan iga sapi yang besar tampak empuk menggoda. Saya mencicipi dulu sedikit kuahnya, hangat dan gurih, dengan sentuhan rempah yang pas. Potongan bakso kenyal dan daging iga yang lembut berpadu sempurna. Istri saya mengangguk puas setelah suapan pertama. " Ini sih bukan cuma enak, tapi bisa bikin rindu," katanya sambil tersenyum.
Sambil menyuapi Suci potongan kecil bakso, saya menyaksikan betapa menyenangkannya melihat anak-anak menikmati waktu bersama orang tuanya. Cinta, meskipun belum bisa makan bakso, tetap menikmati suasana dengan tertawa dan mengoceh seolah ingin ikut bercerita.
Perjalanan ke Bakso Gatok di parang 9 malam itu bukan cuma soal makan malam, tapi tentang kenangan kecil yang kelak akan kami kenang dengan hangat. Tentang Suci yang tertawa karena bakso lebih besar dari sendoknya.
Tentang Cinta ya tak henti-hentinya menggoyang tangan kecilnya setiap mendengar suara tawa. Dan tentang dua orang tua yang meskipun lelah oleh rutinitas harian.
Menemukan kembali alasan mereka untuk terus berjuang dalam semangkuk bakso iga yang hangat dan waktu bersama yang sederhana tapi bermakna.
You have been supported by the Team 04:
Thank you
Hello traveler! 👋🏼
Thanks for sharing your post in the TS Community. Here you are the feedback and evaluation results:
These photographies are showing up interesting delicious food like always friend 😀 thanks once again for sharing this ☺️
~ Join the X profile, Discord server + Telegram group and have a happy day.👍🏼
Curated by @alegnita