"Warung Kopi dan Cerita yang Tak Pernah Usai"
Di sebuah kopi warung di pinggir kota, malam terasa hangat meskipun udara lembap. Beberapa pria menduduki kursi plastik yang sudah tua dan cek cek. Mereka seringkali berada di tempat ini sebelumnya, di mana mereka menikmati teh yang manis atau kopi yang dingin sambil memandang televisi tua yang tertancap di dinding.
Di sudut ruangan, pria tua yang tatanya baju batik kusut dan sarung duduk di kursi kayu asal berbicara dengan pria yang menggunakan kepala putih. Belum lama ini mereka membicarakan hal-hal sepele, mungkin cuaca atau fakta yang sudah direkannya terciduk. Di dekat tersebut, seorang pria muda dengan wajah senyum tipis berperang dengan teman-temannya dengan sekuat penyendiwainya yang wajar.
Dalam suasana hangat itu, layar televisi yang menayangkan musik yang bersendi. Walau begitu beberapa orang tak memperhatikannya. Beberapa lagi sibuk dengan obrolan, yang yang lain hanya merasakan kesejukan malam. Dan ada juga seorang pria yang berada dengan sendiri dan mengaduk minumannya dengan asyik walaupun membumbung mata ke luar.
Warung ini bukan hanya tempat buat minum kopi, tapi kampung hal retali bagi mereka-salah satu tempatan yang ingin digabung setelah sehari bekerja dengan sesuasi. Tidak ada kemewahan, hanya rasa sejukan persahabatan. Malam itu saja kali akan berlalu-laluan terus bersama cerita kecil.