Cerita di warung
Di sebuah warung kopi sederhana di pinggiran kota, sekumpulan anak muda berkumpul di sekitar meja bundar yang sudah mulai lapuk dimakan usia. Mereka tampak serius, menatap layar laptop dengan penuh perhatian. Suasana santai namun produktif mengisi ruangan terbuka itu, diiringi suara mesin motor yang sesekali melintas dan obrolan ringan dari pelanggan lain.
Di sudut meja, dua gelas minuman menemani mereka—satu berisi kopi hitam dengan sedotan panjang, sementara yang lain adalah minuman dingin berwarna ungu yang tampak segar. Laptop mereka terbuka, menampilkan entah tugas kuliah, proyek digital, atau sekadar diskusi tentang dunia maya yang semakin mendominasi kehidupan mereka.
Tak jauh dari mereka, seorang pria yang lebih tua duduk di meja kayu yang lebih tinggi, sibuk dengan laptopnya sendiri. Barangkali dia seorang mentor, seorang pengawas, atau hanya pelanggan lain yang sedang menyelesaikan pekerjaannya di tempat yang nyaman ini.
Di sisi lain, seorang pria dengan pakaian santai sedang bergerak di dekat tangga kayu, tampak sibuk dengan kegiatannya sendiri. Keberadaan motor putih yang terparkir di dekat meja memberikan kesan bahwa tempat ini adalah persinggahan favorit bagi mereka yang ingin bekerja sambil menikmati suasana santai.
Pagi itu, hujan baru saja reda, menyisakan udara segar dan lantai yang sedikit lembab. Namun, bagi mereka, itu bukan alasan untuk berhenti. Mereka tetap duduk, berdiskusi, dan mungkin merajut masa depan dengan ide-ide yang mereka rancang bersama di meja kecil itu.