One Picture And One Story Week #79

Sampan nelayan di muara sungai Waduk Pusong Kota Lhokseumawe

Hello sobat steemian tercinta,..

Perahu atau sampan menjadi ikon status sosial sebahagian masyarakat yang hidup di wilayah pesisir pantai, sungai bahkan danau. Kurang dari 24 jam para nelayan tulen harus beraktivitas di air dengan fasilitas sampan, pancing dan jaring untuk mendapatkan ikan sebagai sumber pendapatan utama mereka. Meskipun hasil yang mereka dapatkan tidak sepenuhnya dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari para nelayan.

Banyak negara-negara di dunia tanpa laut dan sepenuhnya dikelilingi oleh daratan, pegunungan bahkan berbatas dengan negara lainnya sehingga tidak ada warga negara mereka berstatus sebagai nelayan. Konsumsi Ikan bukanlah masalah besar bagi masyarakat di Swiss misalnya, atau di Afghanistan, Mongolia, Ethiovia, Belarus dan beberapa negara lainnya tanpa akses langsung dengan laut, karena diantara negara-negara tersebut memiliki sungai-sungai dan danau yang menghasilkan ikan tawar untuk dikonsumsi atau bahkan diekspor dari negara lain.

Ironisnya! ada sejumlah negara yang memiliki lautan luas dan dikenal kaya akan hasil laut justru sulit mengkonsumsi ikan karena harganya yang mahal. Sebahagian besar masyarakat berstatus nelayan dan hidup di daerah pesisir pantai pun tidak dapat mengkonsumsi ikan - ikan segar karena sebahagian dari para nelayan harus mereka menjual ikan hasil tangkapan mereka untuk mencukupi kebutuhan lainnya. hanya memanfaatkan air laut dan air payau untuk membudidaya ikan untuk dikonsumsi dan diperdagangkan.

Saya mengurungkan niat untuk menulis tentang keindahan alam di waduk Pusong Kota Lhokseumawe setelah mengetahui sejumlah informasi tentang penarikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dibebankan oleh negara (termasuk) bagi para pengusaha perikanan khususnya para nelayan tangkap ikan harus dibebankan 10% dari hasil yang diusahakan atau didapatkan. Bukan hanya nilai atas skema pemungutan yang memberatkan para nelayan, namun beberapa kalangan masyarakat meyakini skema baru PNBP Perikanan masih terbuka celah terhadap timbulnya berbagai penyimpangan.

Sampan nelayan disandarkan setelah beraktivitas mencari ikan. Lokasi muara sungai Waduk Pusong Kota Lhokseumawe.

Selain potensi besar terhadap penyelewengan harga, daya jual ikan dari para nelayan tidak sebanding dengan harga beli masyarakat yang justru lebih mahal. Banyak alasan yang dijadikan kambing hitam oleh para pengusaha perikanan atau pihak distributor, tidak hanya besaran nilai pemungutan, namun cuaca ekstrim di laut, harga bahan bakar kerap kali menjadi alasan-alasan yang untuk menggelembungkan harga ikan yang dijual kepada konsumen.

Masyarakat sektor bidang peternakan lebih menguntungkan dari sisi konsekwensi buruk dibandingkan para nelayan yang harus mempertaruhkan nyawa mereka di tengah laut. Kondisi tersebut seharusnya menjadi perbandingan bagi pemerintah tiap daerah untuk mempertimbangkan peraturan tentang PNBP tentang nilai pemungutan untuk berupaya mensejahterakan para nelayan.

Sekian. entry sederhana saya untuk kontes One Picture And One Story Week #79 yang diselenggarakan oleh @suboohi

Terima kasih banyak atas kunjungan dan berharap anda memiliki waktu luang membacanya..

My Invite: @dove11 @afzalqamar dan @paholags

salam,
@ridwant

^{Introduce myself}