Steemit Challenge S24W5 | Powerful Debate/ Thoughts and reflections
Dalam kesempatan hari ini, saya kembali mencoba mengikuti kontes dari Ladieh Universe.
Ini adalah kontes yang kedua saya ikuti.
Semoga kali ini saya beruntung.
Memberikan Segalanya. Antara Ketulusan dan Luka.
1. Apakah memberikan segalanya adalah kesalahan? Atau sebaliknya, ketika dibalas, memberikan segalanya adalah hal yang baik? Jelaskan alasan Anda menjawabnya.
Memberikan Segalanya bukanlah kesalahan, jika dilakukan dengan kesadaran dan ketulusan. Namun, bisa menjadi sumber luka jika tidak disertai dengan batas yang sehat. Ketika kasih dan usaha kita dibalas dengan penghargaan dan perhatian yang sama, memberikan segalanya adalah sesuatu yang sangat mulia dan indah. Tapi ketika kita terus menerus memberi, sementara pihak lain tidak menghargai atau bahkan menyakiti, maka itu bisa menjadi kesalahan yang merugikan diri sendiri.
Segalanya tergantung pada konteks. Apakah kita memberi karena cinta dan niat baik, atau karena ketakutan akan ditinggalkan, atau karena ingin dihargai? Jika kita tidak tahu batas antara memberi karena cinta dan memberi karena takut kehilangan, kita akan mudah jatuh ke dalam perangkap luka batin.
2. Apakah menurut Anda dengan memberikan segalanya, orang dapat mengambil keuntungan dari menyakiti perasaan orang lain.
Sayangnya, ya. Dunia tidak selalu dihuni oleh orang-orang yang memiliki empati. Ada orang-orang yang sadar atau tidak sadar, memanfaatkan kebaikan orang lain. Ketika seseorang terlalu banyak memberi waktu, perhatian, uang, tenaga tanpa meminta balasan atau tanpa batas, mereka bisa menjadi sasaran empuk untuk dieksploitasi.
Orang yang terus-menerus menerima tanpa memberi seringkali merasa itu adalah hal yang biasa. Rasa syukur memudar dan rasa hormat pun ikut hilang. Yang tersisa hanyalah ekspektasi bahwa si pemberi akan terus ada, terus memberi dan terus mengorbankan diri. Di sinilah perasaan bisa disakiti. Ketika kita menyadari bahwa kehadiran dan pengorbanan kita ternyata dianggap sepele.
Kisah Nyata. Memberi Tanpa Dibalas.
Saya memiliki seorang teman dekat, namanya Yanti. Ia adalah sosok yang hangat, tulus dan selalu siap membantu. Ia berteman dengan seorang pria yang telah ia sukai sejak lama. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dan Yanti tidak pernah perhitungan. ia rela menjemput pria itu pulang larut malam, membelikannya makan saat sedang kesulitan keuangan, bahkan rela meminjamkan tabungannya saat pria itu ingin membuka usaha kecil.
Selama hampir dua tahun, Yanti memberikan segalanya, tenaga, waktu, perhatian, bahkan uang demi orang yang ia pikir akan mencintainya kembali suatu hari nanti. Tapi, ternyata pria itu justru menjalin hubungan dengan orang lain secara diam-diam. Ketika Yanti mengetahui hal itu, ia hancur. Ia merasa bodoh karena sudah memberi terlalu banyak, padahal tidak pernah diminta. Tapi rasa cintanya telah membutakan logika dan kebutuhannya untuk juga dicintai dan dihargai.
Pengalaman Yanti adalah bukti nyata bahwa memberi tanpa batas bisa menjadi jalan menuju luka. Ia mengira bahwa memberi segalanya akan membuatnya layak dicintai. Namun kenyataannya, pria itu hanya menerima tanpa pernah berniat membalas.
Refleksi Pribadi. Mencintai Diri Sendiri Dulu.
Dari kisah itu saya belajar bahwa mencintai orang lain dengan sepenuh hati tidak salah, asalkan kita tidak kehilangan diri sendiri dalam prosesnya. Memberikan segalanya harus datang dari hati yang penuh, bukan dari hati yang kosong dan ingin diisi oleh pengakuan orang lain. Kita harus belajar menempatkan batas, menjaga harga diri, dan memahami bahwa hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling memberi, bukan sepihak.
Saya juga belajar bahwa memberikan segalanya tidak menjamin kita akan menerima hal yang sama. Cinta, persahabatan dan penghargaan tidak bisa dipaksa dengan pengorbanan terus-menerus. Jika seseorang hanya hadir saat membutuhkan dan menghilang saat kita membutuhkan, itu bukan hubungan yang layak dipertahankan.
Frasa yang Relevan.
Beberapa frasa yang relevan dengan topik ini antara lain.
- Jangan mencintai orang lain hingga lupa mencintai diri sendiri.
- Memberi tanpa batas bukan bukti cinta, tapi bisa jadi tanda ketidakmampuan berkata cukup.
- Pengorbanan tanpa penghargaan hanyalah bentuk dari penyiksaan diri yang terselubung.
- Ketulusan tidak selalu dibalas dengan kejujuran.
Sebelum saya akhiri tulisan saya ini. Saya ikut undang beberapa teman saya. @marito74 @ulfatulrahmah @fajrulakmal99 @fantiwiki @sailawana @rajasalman.
Sekian terima kasih.
Salam @aril.hatake
https://steemit.com/hive-154900/@aril.hatake/steemit-challenge-s24w5-or-powerful-debate-thoughts-and-reflections
Terimakasih atas undangan nya dan sukses selalu untuk anda