The Diary Game: Rabu 15 Januari 2025 | Takziah Ke Kampung Tetangga
Foto Sebelum Istirahat Sebagai Penutup Hari Ini
Entah kenapa saya menulis judul takziah ke kampung tetangga sebagai judul diary hari ini. Padahal, jujur kegiatan yang paling pokok hari ini bukanlah takziah. Mungkin, hanya mungkin karena takziah adalah termasuk salah satu kegiatan yang amat jarang saya lakukan dalam beberapa tahun terakhir. Tahulah ya, kalau di pesantren ngapain. Jadi, sesuatu yang jarang itu terasa lebih terkesan atau setidaknya lebih tersimpan dalam kepala.
Tapi ada selain sekadar takziah, saya juga menangkap hal lain hari ini. Saya baru sadar, kalau beberapa minggu terakhir saya jarang ambil foto saat pagi sampai siang. Coba di cek, semua foto yang saya bagikan berkisar dengan kegiatan-kegiatan yang berlangsung setelah salat zuhur. Mungkin, sekali lagi, hanya mungkin, memang akhir-akhir ini saya kosong kegiatan pagi hari. Paling cuma rebahan. Kan gak elok juga kalau fotonya sambil rebahan. Hehe. Contohnya hari ini, saya mulai mengabadikan momen siang hari di warkop Rasie Kopi.
ngopi di Rasie Kopi
Ya, karena memang demikian, kegiatan yang memang cocok disebut sebagai kegiatan memang di mulai dari ngopi di Rasie Kopi. Masih dengan alasan pikiran yang saya, ngopi memang lebih nyaman sendirian. Sendiri lebih leluasa mengatur waktu pulang serta lebih banyak hal yang terselesaikan, termasuk menulis postingan dengan kualitas yang lebih baik.
Setelah menikmati satu cangkir kopi di rasie kopi, saya kembali lagi ke pesantren. Kalau tidak salah saat itu sekitar jam 16:00. Kali iji saya menghabiskan waktu di kantor LBM. Ada salah satu kitab yang ingin saya lahap di kantor yang penuh buku dan kitab itu.
di kantor LBM
Kali ini sedikit berbeda. Jika dulu saya membaca kitab-kitab penulis ulama timur tengah, kali ingin saya melahap salah satu karya sahib saya yang bermama Mustafa Muhammad.
kitab yang di tahqiq kawan saya, Mustafa Muhammad
Ya, walau tidak sepenuhnya kitab tersebut merupakan ide dan gagasan beliau, setidaknya banyak kontribusinya dalam melahirkan karya yang berjudul Hasyiyyah Birmawi. Sayangnya, saya hanya bisa menuntaskan bacaan sekitar dua puluh halaman saja. Itupun ada yang hal yang banyak tidak saya pahami. Pasalnya setelah salat magrib saya harus langsung menuju ke kampung tetangga untuk bertakziah.
saat sedang berlangsung takziah
Sebenarnya tempat takziah itu adalah rumah salah saudara saya dari jalur Ibu. Pasalnya, yang meninggal itu adalah suami dari adik sepupu Ibu saya. Hanya saja baru malam ini saya punya kesempatan untuk berkunjung. Sekali lagi, tahulah ya, ngapain aja di pesantren.
📷 Picture | Photography |
---|---|
Model | iPhone Xs Max |
iOs | 18 |
Camera used | Handphone |
Photographer | @joel0 |
Location | Aceh |
Edit | lnCollage |