Tangisan Dalam Diam

in RECREATIVE STEEM21 days ago (edited)

IMG_20250519_120043.jpg

Hari ini adalah hari yang paling berat dalam hidupku. Bukan karena saya mengalami kecelakaan atau kehilangan seseorang yang kucintai, tapi karena saya menyaksikan langsung bagaimana saya sebagai orang tua merasa tak berdaya di depan anakku sendiri. Anak yang baru berusia tiga tahun, polos, lugu dan belum mengenal pahitnya dunia, hanya menginginkan satu hal sederhana. JAJANAN.

Sore itu, saya pulang dengan langkah gontai. Di wajah saya terpancar kelelahan yang tak hanya berasal dari tubuh, tapi juga dari batin. Pekerjaan hari ini tidak memberikan saya hasil. Dompet saya kosong. Tidak ada selembar uang pun yang bisa diandalkan. Bahkan untuk membeli sebungkus permen pun saya tak punya daya.

Sesampainya di rumah, anakku berlari kecil menyambutku. Senyumnya seperti sinar mentari, membuat hati saya yang kusut sedikit hangat. Tapi kebahagiaan itu hanya berlangsung sekejap.

" Ayah, aku mau jajan," katanya sambil tersenyum ceria.

Detik itu juga, rasanya dunia berhenti. Kata-kata itu seperti tamparan paling keras yang pernah saya terima. Bukan karena anakku salah, tapi karena saya tak mampu memenuhi permintaannya. Saya hanya diam, mencoba tersenyum, namun mata saya tak kuasa menahan air yang mulai menggenang. Dalam diam, air mata jatuh tanpa bisa saya tahan.

IMG_20250519_120108.jpg

Betapa kecilnya permintaan itu. Tapi betapa besar rasanya luka di hati ini karena tak bisa mengabulkan nya. Di benak anakku, mungkin dia hanya ingin permen atau jajanan kecil di warung. Tapi di benakku, itu adalah cermin dari kegagalan saya sebagai ayah.

Saya memeluk anakku erat. Dia tidak mengerti apa yang sedang saya rasakan. Dia hanya membalas pelukan dengan tawa kecil, tidak tahu bahwa dalam pelukan itu ada duka yang begitu dalam. Saya berusaha keras menahan tangis agar tidak membuatnya bingung, tapu tubuh saya bergetar. Saya merasa kalah hari ini.

Banyak orang bilang menjadi orang tua adalah kebahagiaan, dan itu benar. Tapi tidak ada yang memberitahu bahwa akan ada hari-hari dimana kebahagiaan itu tertutup awan tebal kesulitan.
Hari dimana tangisan bukan karena kehilangan, tapi karena ketidakmampuan memenuhi hal kecil untuk makhluk yang paling kita cintai.

Malam ini, saya berjanji dalam hati. Saya tidak akan menyerah. Saya tidak ingin merasakan lagi kesedihan seperti ini. Lebih dari itu, saya tidak ingin anakku harus menahan keinginannya karena saya tidak mampu. Saya akan berjuang lebih keras. Untuk senyumnya. Untuk permintaan kecil yang begitu berarti.

Karena dari permintaan sederhana itulah saya sadar. Cinta seorang anak itu tulus dan kegagalan seorang ayah bukan saat ia jatuh, tapi saat ia berhenti mencoba bangkit.

Cc: @steemcurator01 @steemcurator02 @pennsif @ulfatulrahmah

Inilah sedikit kisah cerita nyata yang saya alami hari ini.
Salam seorang Ayah.
@aril.hatake.