feed my beloved chickens🐓
welcome to the steem of animals community on the iqlimaa blog this time |
---|
Di sudut kecil halaman rumah saya yang sederhana terdapat kandang kayu yang telah tua oleh waktu di sanalah tinggal enam ekor ayam peliharaan yang sudah seperti bagian dari keluarga setiap pagi sebelum matahari benar-benar tinggi suara kokok jantan tua yang kami beri nama si jago menggema ke seluruh penjuru rumah bagi kami sekeluarga suara itu adalah alarm alami yang lebih menyenangkan daripada nada digital dari smartphone android pintar.
Saya memulai hari dengan membawa sepiring pisang matang ke halaman belakang dekat dengan pintu dapur pisang-pisang ini bukan yang dibeli dari toko, melainkan hasil panen dari pohon pisang yang tumbuh di kebun pohon itu kami rawat sejak dua tahun lalu dan kini hampir setiap bulan ia menghadiahkan setandan buah kuning keemasan yang manis dan lembut karena panen setiap hari nya dengan matang sendiri di pohon.tidak semua buah kami makan sendiri sebagian kami berikan kepada ayam-ayam kami yang sangat menyukainya.
Sungguh pemandangan yang menyenangkan melihat mereka berlarian kecil saat mendengar suara pintu belakang dibuka beberapa ekor ayam itu terdiri dari ada yang jantan dan ada yang betina. Selain jago janta ada pula rangga jantan muda yang mulai belajar berkokok walau suaranya masih pecah dan canggung,betinanya masing-masing sudah memiliki kepribadian unik yang kami kenali dari gerak-gerik dan suara mereka.
Pagi seperti biasa saya duduk di bangku bambu di dekat kandang sambil mengupas pisang,satu persatu saya ulurkan dengan tangan begitu saya potong menjadi potongan-potongan kecil dan meletakkannya di atas piring tanah liat ayam-ayam itu mulai mengerubungi dengan semangat. Suara paruh-paruh kecil mematuk buah pisang yang lembek menjadi irama tersendiri yang menenangkan tidak pernah kusangka memberi makan ayam bisa menjadi aktivitas yang begitu menyenangkan sekaligus menenangkan hati.
Awalnya saya tak pernah membayangkan memelihara ayam di rumah namun sejak pandemi beberapa tahun lalu banyak hal berubah aktivitas di luar rumah terbatas dan saya mulai mencari cara untuk lebih menyatu dengan alam meskipun hanya dari pekarangan sendiri ayam adalah pilihan spontan seseorang di pasar menjual anak ayam kampung dengan harga murah dan ayah membelinya lima ekor seiring waktu betina bertelur dan menetaskan seekor anak jadilah sekarang ada enam.
Memberi makan ayam bukan hanya tentang rutinitas. Itu adalah momen interaksi. Ketika saya menyodorkan pisang dengan tangan, betina sering kali berani mendekat dan mematuk langsung dari telapak tangan saya Ia yang paling jinak sering mengikuti ke mana pun saya berjalan di halaman seolah-olah saya adalah induknya betina lainnya sebaliknya pemalu dan selalu menunggu sampai ayam lain menjauh sebelum mendekati sisa makanan ayam betina ada juga yang pemberani ia tak segan mengusir yang lain demi mendapatkan bagian paling besar dari pisang yang kuberikan.
Pisang rupanya adalah salah satu makanan favorit mereka saya sempat membaca bahwa pisang mengandung vitamin dan serat yang baik untuk ayam, meskipun harus diberikan secukupnya kadang kami juga mencampurkan kulit pisang yang sudah direbus dan dicacah halus ke dalam campuran bekatul dan dedak makanan pokok ayam di sini tapi tidak ada yang bisa mengalahkan antusiasme mereka saat melihat pisang segar di pagi hari.
Hubungan kami dengan ayam-ayam ini lebih dari sekadar pemeliharaan mereka adalah bagian dari ritme rumah ini suara ayam, gerakan mereka, bahkan kehadiran mereka memberi warna pada hari-hari kami yang kadang monoton si putih yang dinamai demikian karena bulunya yang putih bersih adalah ayam yang paling sering bertelur setiap kali ia bertelur saya merasa seperti mendapat hadiah kecil dari alam,kami tidak menjual telur-telur itu biasanya kami rebus dan makan bersama saat sarapan atau terkadang memberikannya kepada tetangga sebagai tanda terima kasih atas bantuan mereka.
Pernah suatu hari pisang di pohon habis dan saya mencoba memberi mereka buah pepaya Reaksinya sungguh lucu hanya ayam betina yang mau mencoba yang lain tampak mencibir seolah berkata, “Mana pisang kami?” Dari situ saya tahu ayam-ayam ini sudah mengenal preferensinya masing-masing hari berikutnya saya membeli pisang matang dari pasar dan mereka kembali makan dengan semangat.
Interaksi dengan ayam juga banyak mengajarkan kesabaran kadang mereka buang kotoran sembarangan,mencakar tanaman hias atau membuat suara bising saat malam tapi dari sana saya belajar menerima dan mengelola kehidupan yang tidak selalu rapi ayam adalah makhluk hidup yang punya keinginan rasa mereka bukan mesin penghasil telur melainkan teman hidup di halaman belakang rumah.
Kebersamaan kami makin terasa saat sore hari biasanya, setelah mereka kenyang dan lelah bermain di tanah ayam-ayam itu akan naik ke kandang dan bertengger saya sering duduk di dekat mereka membaca buku atau sekadar menatap langit sore suara mereka berubah menjadi lembut seolah sedang bercengkerama satu sama lain pada momen seperti itu rasa syukurku memuncak Betapa sederhananya kebahagiaan itu cukup dari ekor ayam.
Terimakasih sudah singgah dan membaca postingan saya,sampai jumpa lagi di postingan selanjutnya...... |
---|
Terimakasih banyak atas dukungannya @steemcurator09 dan @wirngo
Ayam-ayamnya suka pisang ya dek ... Anda benar, kita dapat mengambil banyak pelajaran dalam kehidupan ini. 👍💕
Iya buk, semua makanan dia suka hehe