The Diary Game (23/03/2025) | Menjenguk Anak kami di Pesantren Bustanul Huda Kabupaten Aceh Timur

in Steem Nationslast month

1000050740.jpg

Hello sobat steemian tercinta,..

Sungguh menyenangkan ketika selalu bertemu dengan orang yang sama pada kontes berbeda, bukan mengadu nasib tapi mereka orang-orang dengan tingkat motivasi dan kreativitas yang tinggi. Kopi pesananku dalam gelas kecil datang ke mejaku dan aku pun mulai berpikir apa yang seharusnya aku tulis, sementara photo dalam memori ponselku sudah menggunung untuk hari ini.

Aku baru saja tiba di Kota Lhokseumawe setelah menempuh kurang lebih 3 jam perjalanan dari Pesantren Bustanul Huda yang berlokasi di Desa Alue Cek Doi Kecamatan Julok Kabupaten Aceh Timur. Peta Lokasi Tujuanku kesana adalah untuk menjenguk anak lelaki pertamaku yang sedang khalwah atau dalam bahasa Aceh disebut "Kalud". Khalwah secara harfiah diartikan kegiatan menyendiri (kesendirian) dalam melaksanakan kegiatan ibadah dalam tradisi Islam.

1000050820.jpg
sumber: google Maps

Sebelum berangkat ke Kabupaten Aceh Timur atau ke Dayah Bustanul Huda Paya Pasi saya singgah ke swalayan Sabana untuk membeli beberapa kebutuhan makanan berupa roti, kue, susu dan jenis makanan berbuka puasa lainnya. Selanjutnya sekitar pukul 13.30 wib saya dan keluarga mulai keluar dari kota Lhokseumawe me uju ke tempat tujuan melalui Jalan Banda Aceh - Medan.

Saat berbelanja kebutuhan makanan di swalayan Sabana Kota Lhokseumawe

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 90 menit atau sekitar Pukul 15.00 wib saya dan keluarga tiba di Masjid Raya Pase Kota Panton Labu Kabupaten Aceh Utara, kami sengaja singgah di sana untuk beristirahat sejenak sebelum meneruskan perjalanan menuju ke Dayah (Pesantren) Bustanul Huda.

1000050649.jpg
Masjid Raya Pase Panton Labu. Peta Lokasi

Setelah beberapa menit beristirahat kami kembali melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. ...saat melewati Jembatan Arakundo Kabupaten Aceh Timur saya sempat teringat masa konflik Aceh sekitar 23 tahun lalu dimana sebuah tragedi pilu simpang Idi Cut dialami oleh sejumlah masyarakat Aceh saat konflik berkecamuk antara GAM dan TNI. Peristiwa ini juga terkenal sebagai peristiwa Arakundo Berdarah. Menurut sejumlah sumber peristiwa memilukan tersebut diawali oleh kegiatan dakwah islamiah yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Matang Ulim, Darul Aman Kabupaten Aceh Timur dengan topik ceramah tentang Perjuangan Rakyat Aceh atau berdoktein ideologi. Dakwah tersebut juga di kabarkan dihadiri oleh ribuan masyarakat yang datang tidak hanya masyarakat setempat namun dari luar daerah/Kecamatan terdekat.

1000050662.jpg
Jembatan Arakundo. Peta Lokasi

Singaktanya! Beberapa korban dari masyarakat yang ikut menghadiri dakwah tersebut berakhir di Sungai Arakundo dalam keadaan menggenaskan setelah sejumlah aparat menghadang mereka saat pulang dari acara tersebut sekitar pukul 00.50 wib, rentetan suara senapan menghujani ke arah rombongan masyarakat hingga keesokan harinya diketahui beberapa masyarakat telah meninggal dengan cara tidak wajar. Ceritanya panjang dan telah berlalu, namun peristiwa tersebut menjadi warisan sejarah pilu yang sulit terlupakan bagi masyarakat bahkan anak-anak bangsa Aceh hingga saat ini. Mengutip sumber.

Tidak jauh setelah melewati Jembatan Arakundo kami pun tiba di tempat tujuan, yaitu Dayah Bustanul Huda Paya Pasi.

1000050702.jpg
Pintu Gerbang Dayah Bustanul Huda Paya Pasi Kabupaten Aceh Timur

Areal pesantren Bustanul Huda

Bilik (kamar) santri

Setiba di komplek pesantren (Dayah) saya menuju petugas pada pos (piket) untuk menyampaikan tujuan kedatangan kami untuk bertemu dengan anak lelaki kami yang sedang melaksanakan ibadah khulwah. Saya dan keluarga kemudian menunggu anak kami datang ditempat tunggu para orang tua santri yang telah disediakan oleh pihak Dayah

saat menunggu anak lelaki kami datang

Setelah bertemu kami segera menyerahkan barang-barang kebutuhan yang telah kami siapkan untuk anak kami serta berkomunikasi "hanya" melalui tulisan. Ya! setiap santri /siapapun yang sedang melaksanakan ibadah khalwah dilarang berkomunikasi dan bertatap muka dengan siapapun, termasuk dengan orang tua mereka, alasan tersebut pula kami tidak diizinkan berlama-lama menemui anak kami oleh petugas.

1000050718.jpg
Saat menyerahkan barang kebutuhan anak kami berupa kain sarung dan makanan berbuka puasa.

Selesai bertemu dan berkomunikasi melalui tulisan menggunakan buku dan pensil, Kami kembali ke Kota Lhokseumawe sekitar pukul 17.30 wib. Dalam perjalanan pulang kami juga harus kembali singgah di Masjid Raya Pasee Panton Labu karena waktu bertepatan dengan jadwal berbuka puasa pada pukul 18.47 wib.

Photo dengan putri saya setelah berbuka puasa

Saat menunggu jadwal buka puasa bersama

Kebetulan panitia Masjid Raya Pasee juga mengadakan kegiatan berbuka puasa bersama secara gratis di halaman masjid, jadi kami bisa ikut serta berbuka puasa bersama dengan para masyarakat disana. Pada umumnya yang menghadiri kegiatan berbuka puasa disana adalah para tamu atau musafir dalam perjalanan yang sengaja singgah karena bertepatan dengan waktu berbuka puasa.

1000050735.jpg
Kegiatan berbuka puasa bersama di halaman Masjid Raya Pasee.

Selesai berbuka puasa, kami melanjutkan dengan shalat magrib berjamaah di Masjid terbesar di kota Panton Labu tersebut sebelum melanjutkan perjalanan kami menuju ke Kota Lhokseumawe.

Sekian the diary game saya (23/03/2025). Terima kasih banyak atas kunjungan dan mungkin anda membacanya..

salam,
@ridwant

Introduce myself